02 03 04

Senin, 14 Februari 2011

Kematian Menanti Kita


Kematian Menanti Kita

.
W. Ihwanul Hakim

Kematian Pasti datang

Akhir dari sebuah perjalanan hidup setiap makhluk yang bernyawa adalah kematian, begitupun manusia akan mengalami kematian sebagai akhir dari hidupnya di dunia ini. Umur yang diberikan oleh Allah Swt kepada manusia sudah ditentukan batasnya, kita sekarang sedang menuju batas akhir dari waktu yang tersisa. Tidak  ada seorangpun yang tahu kapan dan dimana dia akan meninggal, dalam kondisi yang bagaimana pada usia berapa. Kematian tidak dapat dipercepat atau ditangguhkan, tetapi pasti akan datang mengunjungi dan menjemput setiap makhluk yang bernyawa tanpa pilih kasih, tinggal menunggu waktu saja. Siapapun orangnya, apapun pekerjaan dan jabatannya, tua atau muda, sakit atau sehat, kuat atau lemah, kematianlah yang akan mengakhirinya. Seperti sebatang pohon mangga yang berbunga dan berbuah, tidak semua menjadi buah yang ranum dan matang. Ada yang berjatuhan ketika menjadi bunga, ada yang jatuh saat menjadi buah masih kecil, jatuh saat menjadi buah muda, ada juga yang jatuh saat sudah matang dan tua, bahkan ada juga yang sampai busuk di atas pohon baru jatuh. Begitulah kematian itu tidak pilih kasih, semua makhluk yang bernyawa akan mendapat giliran sesuai dengan batas waktu “kontrakan umur” yang telah ditentukan Allah Swt kepada makhluknya, seperti firman Allah dalam Al-Qur’an:

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada kami kamu dikembalikan”. (QS Al’Ankabut: 57).

Tidak seorangpun dan tidak ada satu umatpun yang dapat menangguhkan kematiannya barang sedetikpun, dengan cara apapun. Sekalipun seorang terkaya di dunia, tidak dapat memperpanjang usianya, begitu Malaikat maut Izrail datang menghampiri untuk mengambil Ruh, Dia tidak dapat mengelak dan lari, walaupun dengan cara menyuap karena malaikat tidak dapat disuap dan tidak butuh materi sebab malaikat tidak punya nafsu, tidak seperti manusia yang serakah dan ingin berkuasa. Mengenai kematian ini dalam ayat lain Allah berfirman:

“Tidak ada satu umatpun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak puladapat mengundurkannya”. (QS Al Hijr: 5).

Kematian adalah sebuah misteri yang tidak diketahui manusia,  jam berapa, tanggal, bulan dan tahun kapan, dia akan meninggal, hanya Allah Yang Maha Tahu tentang kematian, sebab, Allah Swt yang menciptakan kematian. Karena itu kematian merupakan hal yang ghaib bagi manusia, yang menjadi pertanyaan bagi kita bukan kematiannya, tetapi dalam kondisi bagaimana kita meninggal ? beriman dan bertaqwa kepada Allah atau dalam kondisi ingkar kepada Allah ? Selama hidup di dunia ini telah berapa banyak perbuatan baik yang kita lakukan, dalam hubungannya dengan Allah dan juga dengan manusia. Pernahkah kita mempertanyakan pada diri kita, apa yang kita lakukan ini sudah sesuai dengan perintah  Allah atau belum ? Lalu bagaimana kalau tiba-tiba kematian datang menjemput kita dalam kondisi kita belum bertobat ? Naudzubillah ! Mari kita renungkan, introsfeksi, koreksi dan evaluasi diri kita masing-masing sebelum azal datang menjemput. Tak satupun orang yang dapat menolong ketika malaikat maut (Izrail) menghampiri dan menjemput kita, untuk mengakhiri hidup ini. Hanya amal kebaikan yang menolong dan membantu meringankan sakitnya sakaratul maut (detik-detik terakhir menjelang kematian) yang sakitnya tidak dapat diutarakan lewat kata-kata. Ada yang mengatakan sakitnya seperti besi panas memerah dan membara ditusukan kedalam daging lalu ditarik perlahan-lahan. Apapun gambaran mengenai sakitnya menjelang kematian, senantiasa harus kita jadikan sebagai pelajaran agar terus berbuat kebajikan, ingatlah selalu kepada kematian yang misterius datangnya, mengakhiri hidup di dunia ini. Tanamkan  dalam diri kita tiada hari tanpa berbuat kebajikan.

Sebagai seorang muslim hendaklah senantiasa menjaga diri kita, ingatlah bahwa  segala apa yang dilakukan akan dipertanggungjawabkan kepada Allah, sekecil apapun perbuatan baik atau jahat akan diminta pertanggungjawabannya. Ketahuilah bahwa manusia memendam gagasan dan anggapan yang keliru dan salah mengenai hakikat kematian. Sebagian orang mengira kematian sebagai kelenyapan, akhir dari sebuah kehidupan dan tidak ada kebangkitan ataupun pengumpulan, tidak ada pembalasan atas kebaikan ataupun kejahatan serta tidak ada pertanggungjawaban. Bahwa kematian manusia sama seperti matinya hewan dan atau keringnya daun maupun tanaman. Inilah pandangan kaum atheist (Al-Mulhidun) dan mereka yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir (Al Ghazali, 1999). Kelompok  lain berpendapat bahwa manusia yang mati itu akan lenyap dan sirna sehingga selama tinggal di dalam kubur dia tidak akan menderita siksaan ataupun menikmati pahala suatu amal baik dan tidak diminta pertanggungjawaban sampai dia dibangkitkan kembali di hari pengumpulan. Apapun pendapat mereka, sebagai seorang muslim hendaklah melihat bahwa segala sesuatu yang dikerjakan dan dilakukan akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Swt, tidak mungkin Allah menciptakan manusia dan jin di dunia ini, tidak diminta pertanggungjawabannya terhadap apa yang dia lakukan. Adalah kewajiban seorang muslim memandang kematian sebagai kefanaannya, bumi sebagai tempat tidurnya, cacing sebagai karibnya, Mungkar dan Nakir  teman-temannya, kuburan sempit dan gelap tempat tinggalnya serta perut bumi tempat peristirahatannya, kebangkitan perjanjiannya, syurga dan neraka peruntungannya, untuk tidak memikirkan apapun selain kematian untuk menghadap Allah Swt dengan membawa amal perbuatan baik yang telah dikerjakan di dunia ini.

Al Ghazali (1999) berpendapat bahwa kematian adalah ungkapan tentang tak berfungsinya semua anggota tubuh yang memang merupakan alat-alat ruh. “Ruh” adalah abstraksi yang melaluinya manusia mencerap pengetahuan, rasa sakit, dan lezatnya kebahagian. Kita semua tidak tahu dengan pasti berapa lama Allah Swt  memberikan umur  untuk hidup di dunia ini. Sudah siapkah kita dengan kematian yang menutup seluruh keinginan dan kecintaan kita pada sesuatu yang indah di dunia ini ? Disinilah kita perlu memperbaiki diri terus-menerus, ingatlah akan kematian yang mengintai kita, janganlah kita lupa dan terlena dari mengingat Allah Swt. Nabi  Muhammad Saw bersabda;

“Banyak-banyaklah mengingat maut sebab mengingat mati itu menghapuskan dosa dan mengikis ambisi seseorang terhadap dunia”.

Dalam hadits yang lain Nabi Muhammad Saw  bersabda:

“Orang yang paling rajin mengingat mati dan orang yang paling baik persiapannya dalam menghadapinya. Itulah orang yang paling cerdas, yang akan memperoleh kehormatan di dunia ini dan kemuliaan di akhirat kelak” (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Abu Dunya dengan sanad Jayyid).

Ketika seorang mengalami kematian atau hilangnya Ruh dari jasadnya, yang kita kenal dengan istilah  meninggal dunia. Makna kematian adalah terpisahnya seseorang dari kekayaannya sehubungan dengan kepindahannya ke alam lain yang sama sekali berbeda dengan dunia ini. Jika di dunia dia memiliki sesuatu yang dia senangi, dia nikmati dan selalu dia cari, maka rasa sesalnya setelah mati akan bertambah besar dan perpisahan dengannya akan semakin besar dan semakin jauh. Hal pertama yang akan dialuinya adalah alam kubur dengan pertanyaan Malaikat Mungkar dan Nakir. Inilah saat pertanggungjawaban atas perbuatan yang dilakukan di dunia ini, apakah itu jahat atau baik, akan terungkap baginya adalah rahasia tentang manfaat dan mudarat apa yang telah diperbuatnya selama menjalani hidup di dunia yang fana.
Akan tetapi,  lain halnya dengan kegembiraan mengingat Allah Swt dengan menentramkan hati kepada-Nya, maka akan muncul rasa tenang, tentram, damai, senang, bahagia dan gembira akan sempurna. Karena  telah menembus dinding pemisah antara dirinya dan kekasiha-Nya, Allah Swt,  dan terbebas dari belenggu kesibukan duniawi yang telah membuat lalai dari mengingat Allah Swt. Inilah salah satu perbedaan antara hakekat kehidupan dan hakekat kematian. Oleh sebab itu sebagai seorang muslim, sudah sepatutnyalah melihat kematian ini sebagai sesuatu yang menyenangkan dan menggembirakan “Kematian adalah hadiah yang sangat berharga bagi orang beriman” karena akan bertemu dengan Sang Pencipta dan Penggenggam alam semesta, pemilik semua makhluk, Yang maha Pengampun, Maha Bijak dan pemberi rizki kepada semua makhluk. Akankah kematian itu menjadikan kebahagiaan  dan kesenangan bagi kita. Semoga, Aamiiin….

Sumber:
1.      Al Quran dan Hadits
2.      Disarikan dari berbagai sumber pendukung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana komentar Anda?