02 03 04

Senin, 28 Februari 2011

DIALOG IMAM ABU HANIFAH

DIALOG IMAM ABU HANIFAH


Imam Abu Hanifah pernah bercerita : "Ada seorang ilmuwan besar dari kalangan bangsa Romawi, tapi ia orang kafir. Ulama-ulama Islam membiarkan saja, kecuali seorang, yaitu Hammad guru Abu Hanifah, oleh karena itu dia segan bila bertemu dengannya. Pada hari kedua, manusia berkumpul di masjid, orang kafir itu naik mimbar dan mau mengadakan tukar pikiran dengan siapa saja, dia hendak menyerang ulama-ulama Islam. Di antara shof-shof masjid bangun seorang laki-laki muda, dialah Abu Hanifah, dan ketika sudah berada dekat depan mimbar, dia berkata :"Inilah saya, hendak tukar pikiran dengan tuan". Mata Abu Hanifah berusaha untuk menguasai suasana, namun dia tetap merendahkan diri karena mudanya. Namun dia pun angkat bicara :"Katakan pendapat tuan!". Ilmuwan kafir itu heran akan keberanian Abu Hanifah, lalu bertanya :"Masuk akalkah bila dikatakan bahwa ada pertama yang tidak apa-apanya sebelumnya?". "Benar, tahukah tuan tentang hitungan?", tanya Abu Hanifah. "Ya". "Apa itu sebelum angka satu?". "Ia adalah pertama, dan yang paling pertama. Tak ada angka lain sebelum angka satu", jawab sang kafir itu. "Demikian pula Allah Swt". "Di mana Dia sekarang? Sesuatu yang ada mesti ada tempatnya", tanya si kafir tersebut. "Tahukah tuan bagaimana bentuk susu?". "Ya". "Adakah di dalam susu itu keju?". "Ya". "Di mana, di sebelah mana tempatnya keju itu sekarang?", tanya Abu Hanifah. "Tak ada tempat yang khusus. Keju itu menyeluruh meliputi dan bercampur dengan susu!", jawab ilmuwan kafir itu. "Begitu pulalah Allah, tidak bertempat dan tidak ditempatkan", jelas Abu Hanifah. "Ke arah manakah Allah sekarang menghadap? Sebab segala sesuatu pasti punya arah?", tanya orang kafir itu. "Jika tuan menyalakan lampu, ke arah manakah sinar lampu itu menghadap?", tanya Abu Hanifah. "Sinarnya menghadap ke semua arah". "Begitu pulalah Allah Pencipta langit dan bumi". "Ya! Apa yang sedang Allah kerjakan sekarang?". "Tuan menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dari atas mimbar, sedangkan saya menjawabnya dari atas lantai. Maka untuk menjawab pertanyaan tuan, saya mohon tuan turun dari atas mimbar dan saya akan menjawabnya di tempat tuan", pinta Abu Hanifah. Ilmuwan kafir itu turun dari mimbarnya, dan Abu Hanifah naik di atas. "Baiklah, sekarang saya akan menjawab pertanyaan tuan. Tuan bertanya apa pekerjaan Allah sekarang?". Ilmuwan kafir mengangguk. "Pekerjaan-Nya sekarang, ialah bahwa apabila di atas mimbar sedang berdiri seorang kafir seperti tuan, Dia akan menurunkannya seperti sekarang, sedangkan apabila ada seorang mu`min di lantai, dengan segera itu pula Dia akan mengangkatnya ke atas mimbar, demikian pekerjaan Allah setiap waktu". Para hadirin puas dan begitu pula orang kafir itu. 

Sumber: e Book Kisah-kisah Islam

Jumat, 25 Februari 2011

Istilah dalam Gempa Bumi

Istilah dalam Gempa Bumi

  1. Pengertian gempa bumiGempa bumi adalah getaran yang dirasakan oleh manusia/alat pada permukaan bumi yang disebabkan oleh tenaga indogen.
  2. Berdasarkan penyebabnya.
  • gempa tektonik, yaitu gempa yang disebabkan pergeseran lapisan batuan (dislokasi) berupa patahan/retakan.
  • gempa vulkanik, yaitu gempa yang disebabkan adanya letusan gunung api
  • gempa runtuhan, yaitu gempa yang disebabkan runtuhnya atap gua yan terdapat di dalam lithosfer. Contoh; runtuhnya terowongan tambang dan gua kapur.
 3. Berdasarkan bentuk episentrumnya.gempa linier yaitu gempa yang episentrumnya berbentuk garis (linier).
     Pada umumnya gempa tektonik merupakan jenis gempa linier.gempa sentral yaitu episentrum gempanya
     berupa titik. Gempa vulkanik dan gempa runtuhan termasuk episentrum titik.
4.  Berdasarkan letak hiposentrumnya.gempa dalam, jika letak hiposentrumnya antara 300 - 700 km.gempa
     intermidier, jika letak hiposentrumnya 100 - 300 km.gempa dangkal, jika letak hiposentrumnya kurang
     dari 100 km
5. Cara menentukan letak episentrum
  • Dengan menggunakan tiga tempat yang terletak pada satu homoseista. Homoseista adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat di permkaan bumi yang mencatat getaran gempa pertama pada waktu yang sama. Jika kota A, B dan C mencatat getaran gempa pertama pada jam 10.31.56. berarti ketiga tempat itu terletak pada homoseista. Untuk mencari episentrumnya hubungkan PQ dengan sebuah garis, demikian juga QR, kemudian buatlah garis sumbu kedua garis itu, maka titik potong kedua garis sumbu itulah tempat episentrum yang dicari.
  • Dengan menggunakan hasil pencatatan 3 seismograf, orang dapat menentukan letak episentrum gempa. Seismograf yang digunakan yaitu seismograf vertikal, seismograf horisontal (dipasang barat timur), dan seismograf horisontal (dipasang utara selatan).
  • Dengan menggunakan tiga tempat yang mencatat episentrum.
Untuk mengetahui jarak episentrum suatu gempa dapat menggunakan rumus Laska:

A = (S – P) – 1 menit x 1000 km
A = jarak episentrum dari stasiun pencatat gempa
S = waktu yang menunjukkan pukul berapa gelombang sekunder tercatat di stasiun
P = waktu yang menunjukkan berapa gelombang primer tercatat di stasiun
1 menit = (konstanta/ketetapan)
1.000 km = (konstanta/ketetapan)

Istilah-istilah dalam Gempa bumi:

  1. Seismologi : ilmu yang mempelajari gempa bumi
  2. Seismograf : alat pencatat gempa
  3. Seismogram : hasil gambaran seimograf yang berupa garis-garis patah
  4. Hiposentrum : pusat gempa di dalam bumi
  5. Episentrum : tempat di permukaan bumi/permukaan laut yang tepat di atas hiposentrum. Pusat gempa di permukaan bumi
  6. Homoseista : garis khayal pada permukaan bumi yang mencatat gelombang gempa primer pada waktu yang sama
  7. Pleistoseista : garis khayal yang membatasi sekitar episentrum yang mengalami kerusakan terhebat akibat gempa
  8. Isoseista : garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai kerusakan fisik yang sama
  9. Mikroseista : gempa yang terjadi sangat halus/lemah dan dapat diketahui hanya dengan menggunakan alat gempa
  10. Makroseista : gempa yang terjadi sangat besar kekuatannya, sehingga tanpa menggunakan alat mengetahui jika terjadi gempa

Rabu, 23 Februari 2011

Argumen Tauhid di Alam Semesta

Argumen Tauhid di Alam Semesta

Langit biru dengan bintang-gemintang yang bercahaya senantiasa menjadi bahan perhatian manusia dan pada setiap masa menafsirkan keajaiban-keajaibannya dengan metode yang berbeda, misalnya dengan astronomi Di Miqratis, astronomi Phytagoras, dan astronomi orang-orang Mesir, namun penguasaannya atas akal-akal manusia sangatlah pendek.

Satu-satunya teori yang sangat terkenal dan berumur panjang adalah astronomi Ptolemous. Teori ini dirancang oleh ilmuwan tersebut pada satu setengah abad sebelum Masehi, dan hampir 1500 tahun digunakan di kalangan keilmuan. Tak hanya mempengaruhi ilmuwan-ilmuwan Barat saja, akan tetapi juga menjadi pondasi pemikiran-pemikiran ilmiah para ilmuwan Islam hingga beberapa lamanya dan melalui keyakinan terhadap teori tersebut mereka menakwilkan banyak ayat dan hadis.

Ringkasan teori Ptolemous adalah bumi sebagai pusat rotasi seluruh planet-planet alam dan tiga planet lain secara berurutan, seperti planet air, planet udara, dan planet api, dan setelah ini terdapat sembilan orbit plenet dimana orbit pertama adalah bulan, kedua Mercurius, ketiga Venus, keempat Matahari, kelima Mars, keenam Jupiter, ketujuh Saturnus, orbit kedelapan adalah pusat seluruh bintang, dan orbit kesembilan adalah orbit “Atlas” yang tidak memiliki bintang. Menurut mereka, Luasnya alam semesta hanya sebatas ini saja.

Dasar teori ini ambruk melalui empat ilmuwan besar dan masing-masing dari mereka menciptakan sebuah dinamika besar dalam mengenal alam semesta:
  1. Copernicus (Polandia). Dia membuktikan bahwa matahari sebagai pusat rotasi planet dan memperkenalkan bintang-bintang sebagai benda-benda yang bergantung di angkasa serta menganggap bumi sebagai salah satu planet yang mengelilingi matahari.
  2. Astronom dan matematikawan Jerman, Copler. Dia membuktikan bahwa setiap planet dalam mengelilingi matahari menempuh sebuah jalur berbentuk telur dan setiap planet yang lebih dekat dengan matahari gerakannya semakin cepat.
  3. Galileo (Italia). Dengan temuan teleskop kecil, dia mendukung pandangan-pandangan dua ilmuwan tersebut dan dengannya dia berhasil menyingkap bintang-bintang yang hingga hari itu belum dikenal, dan menafsirkan galaksi dengan bintang-bintang yang bertaburan.
  4. Newton (Inggris). Dengan membuktikan hukum gravitasi dan daya tolak, dia menyatakan bahwa putaran bintang-bintang di bawah sebuah hukum universal ini. Dan menafsirkan adanya jutaan bintang bergantungan di angkasa tanpa tiang dan pergeseran.
Usaha sekelompok ilmuwan membuktikan bahwa dalam sistem tata surya kita, matahari adalah central planet-planet dan mayoritas atau seluruhnya memiliki bulan atau beberapa bulan yang dalam kondisi bergerak mengikuti planet, dan bentuk planet-planet tata surya kita berdasarkan jarak dari matahari dan jumlah bulannya adalah sebagai berikut:
  1. Mercurius tidak berbulan;
  2. Venus tidak berbulan;
  3. Bumi memiliki 1 bulan;
  4. Mars memiliki 2 bulan;
  5. Jupiter memiliki 12 bulan;
  6. Saturnus memiliki 10 bulan;
  7. Uranus memiliki 5 bulan;
  8. Neptunus memiliki 2 bulan;
  9. Pluto memiliki kondisi yang belum jelas. (Planet kerdil/Dwarf planet, sudah bukan anggota tatasurya kita)
Seluruh planet di atas dapat dilihat dengan mata telanjang, akan tetapi dua planet terakhir sedemikian jauh sehingga dapat dilihat hanya dengan teleskop.

Bintang-bintang permanen untuk sampai ke bumi akan bergerak dengan kecepatan cahaya 300.000 kilometer perdetik selama 4 tahun, cahaya Neptunus kurang dari 4 jam, dan cahaya matahari selama 8 menit. Matahari dengan kumpulan planet-planet dan bulan-bulannya disebut dengan sistem tata surya. Sebelum tersingkapnya tiga planet terakhir (yakni Uranus, Neptunus, dan Pluto) dibayangkan bahwa batas tata surya adalah planet Saturnus yang berada pada 1428 juta kilometer dari matahari, akan tetapi setelah penemuan planet terakhir, Pluto, yang ditemukan sekitar 40 tahun yang lalu, radius kekuasaan tata surya bertambah 5920 juta kilometer dan pada masa mendatang mungkin akan berubah lagi seiring dengan kemajuan ilmu dan pengetahuan.

Keluasan Alam Penciptaan
Batas alam penciptaan lebih luas dari apa yang bisa diukur dengan meter, kilometer atau farsakh (satu farsakh setara dengan 6, 24 kilometer), dan jumlah benda-benda langit lebih banyak dari apa yang dapat dijelaskan dengan bilangan. Dari sinilah untuk menjelaskan jarak bintang-bintang, manusia menggunakan skala lain dan hal itu adalah kecepatan perjalanan cahaya yang dalam perdetiknya menempuh jarak 300.000 kilometer atau sama dengan 50.000 farsakh.

Kita akan semakin keheranan ketika menyadari bahwa matahari kita adalah sebuah "planet " dalam salah satu wilayah besar bintang-bintang yang bernama galaksi dan di dalam galaksi ini terdapat sekitar 100.000 juta bintang.

Dalam satu malam yang terang tanpa bulan, pertengahan musim panas atau pertengahan musim dingin, galaksi dapat terlihat dengan mudah. Disamping itu galaksi kita dengan tata surya dan ratusan juta bintangnya adalah sebuah galaksi di antara jutaan galaksi yang ada di alam semesta dan tak seorangpun mengetahui berapa juta galaksi yang ada di alam semesta dan setiap saat tercipta sebuah teleskop baru yang canggih akan terungkap lebih banyak lagi galaksi. Sebagiannya sedemikian jauh hingga cahayanya baru sampai ke bumi selama jutaan tahun.

Galaksi kita ditempuh oleh cahaya selama sekitar 200 hingga 300 juta tahun.
Apollo 11 dan seterusnya dengan kecepatan sekitar 6.000 kilometer perjam mampu menginjakkan kaki ke bulan selama kurang lebih 3 hari, akan tetapi berdasarkan sudut pandang skala-skala astronomi, bulan adalah sebuah satelit yang hampir menempel dengan planet bumi dimana cahaya bulan sampai ke bumi selama kurang dari satu setengah detik dan dengan memperhatikan bahwa skala ukuran bintang-bintang dengan yang lainnya adalah tahunan cahaya, maka sangat jelas kedekatan bulan dengan bumi. Apabila apollo dengan kecepatan ini ingin menempuh perjalanan ke arah salah satu planet tata surya seperti Jupiter, maka perjalanan ini akan memakan waktu 30 tahun, dan para antariksawan harus kembali dengan rambut memutih.

Bila kita melihat planet Pluto, tetangga paling jauh dan anggota keluarga tata surya kita yang terakhir, maka kita akan sampai dengan waktu 280 tahun. Dan jika kita ingin menengok bintang paling dekat di luar tata surya kita dengan apollo-apollo ini dan dengan kecepatan-kecepatan ini, kita memerlukan waktu 2 juta tahun untuk pulang pergi dan dengan masa ini, umur manusia tidak akan pernah mencukupi. Bintang permanen paling dekat dengan kita adalah bintang yang terkenal dengan nama Proksima yang cahayanya sampai ke kita selama 4 tahun 4 bulan dan dengan kecepatan cahaya dalam 300.000 kilometer perdetik.

Menurut salah seorang ilmuwan, apa yang sekarang ini kita namakan dengan “menundukkan” angkasa, dibandingkan dengan kebesaran alam di atas persis sama dengan seekor kupu-kupu kecil hinggap di atas daun pohon besar yang memiliki ribuan ranting dan jutaan daun, di tengah-tengah hutan belantara tiada batas yang panjangnya ratusan farsakh dan ingin terbang dari satu daun ke daun lain sebelahnya, daun pertama adalah bumi kita, daun kedua adalah bulan, dan seterusnya, dan ranting tersebut seperti tata surya dan pohon besar itu ibarat galaksi (yang tata surya kita adalah bagian darinya) serta hutan tersebut seperti alam semesta, dan ilmuwan-ilmuwan astronomi seperti penumpang-penumpang yang berjalan di dalam hutan, bintang-bintang juga memformat hutan, sebagaimana setiap hutan terbatas, jumlah bintang-bintang juga terbatas. Perkiraan terbaru yang dilontarkan menunjukkan bahwa bintang-bintang berjumlah sekitar 40 miliar.

Di hadapan benda-benda besar dan luas ini, Manusia melihat dirinya sangat kecil, terheran-heran, dan menundukkan kepala karena kehinaan yang berlebihan. Pena dan halaman-halaman kitab lebih tidak berdaya untuk dapat menjelaskan sebuah sudut dari sistem yang tampaknya tidak terbatas ini, akan tetapi pepatah “Bila air laut tidak dapat diambil, maka harus dicicipi untuk sekedar menghilangkan rasa dahaga”, sebuah sudut dari sistem-sistem keteraturan tata surya dapat dipantulkan dalam halaman-halaman ini, dan dari trotoar ini dapat diketahui kebesaran ilmu pengetahuan dan kekuasaan tiada batas Sang Pencipta.

Kamis, 17 Februari 2011

Menyikapi Keinginan, Kebutuhan, dan Tawakal

Menyikapi Keinginan,
Kebutuhan, dan Tawakal


Jangan butuhkan keinginanmu, tapi inginkanlah kebutuhanmu. Sebab Kebutuhan itu adalah keinginanmu yang hakiki. "Keinginan" yang terpenuhi seringkali justru menghadirkan banyak masalah baru, sedangkan "Kebutuhan" yang terpenuhi akan menyelesaikan banyak permasalahan.. Boleh jadi, jika 30% saja terpenuhi dari semua keinginanmu maka bersiap2lah mendapatkan masalah 3 kali lipat lebih berat dari biasanya... 

"Boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu amat buruk bagimu.. (Q.S. 2:216)".

Maka musnahkanlah keinginanmu yang tak kau butuhkan itu dan tawakkalkan saja kebutuhanmu pada Allah yang Mencukupi Kebutuhan hamba-hambaNya. Kalau engkau yakin bahwa kebutuhanmu pasti dicukupiNya, lalu untuk apa lagi kau berkeinginan, kecuali engkau masih memiliki keinginan yang sesungguhnya tak kau butuhkan. So, hancurkanlah keingananmu itu sebelum keinginamu yang menghancurkanmu.

Keinginan yang tak dilandasi kebutuhan yang hakiki maka akan menghadirkan kegelisahan. Sedangkan kebutuhan yang tidak diinginkan pun berpotensi menghadirkan kegelisahan. Nah, belajarlah menginginkan apa yang sungguh Anda butuhkan, dan lakukanlah karena Tuhan untuk Semesta raya... insya Allah ketenangan dan kebahagiaan menjadi milik Anda.

Kalau engkau yakin bahwa Allah akan mencukupkan kebutuhan rizki bagianmu, maka tugasmu adalah tawakkal yang dilengkapi oleh ikhtiar yang baik dan menenangkan, bukan malah membangun banyak keinginan dan angan-angan yang menggelisahkan.

Jangan ikhtiar dulu baru bertawakkal, tapi bertawakkallah lalu iringilah dengan ikhtiar yang tidak merusak kualitas tawakkal Anda...Ya, jangan membiasakan diri bertawakal setelah Anda mentok dengan ikhtiar Anda, jika demikian maka bisa jadi Anda akan terus dibuat mentok olehNya agar Anda tetap bertawakkal kepadaNya.

Rabu, 16 Februari 2011

Bintang Muda yang Beranjak Dewasa

Bintang Muda yang Beranjak Dewasa

Para astronom dari observatorium nasional Jepang dan Max Planck Institute of Astronomy, saat melakukan pengamatan terhadap bintang muda yang dikenal sebagai HD 141569A, telah berhasil menemukan sebuah celah pada cakram gas dan debu yang mengelilingi bintang tersebut. Keberadaan celah besar seukuran orbit Saturnus itu mendukung teori bahwa bintang muda yang terletak sejauh 320 tahun cahaya dari Bumi tersebut tengah secara tiba-tiba mengakhiri periode pasca-kelahirannya dengan mengionisasi dan melepaskan gas pada cakram gas dimana bintang tersebut terlahir.
Tim yang dipimpin oleh Dr. Miwa Goto dan Profesor Tomomori Usuda, memanfaatkan kemampuan resolusi spatial yang dicapai oleh sistem optik adaptif (adaptive optics system) pada kamera inframerah dan spektrograf pada teleskop Subaru di Mauna Kea, Hawaii untuk memisahkan bagian terdalam dari cakram di sekeliling HD 141669A menjadi garis-garis emisi karbon monoksida pada rentang inframerah pada spektrum elektromagnetik. Keberadaan cakram ini diketahui melalui studi sebelumnya dari debu di sekeliling bintang. Dari studi lanjutan terhadap gas di cakram tersebut, maka ukuran dari bagian dalam cakram juga dapat ditentukan.



Gambaran artis tentang cakram di sekeliling bintang 141569A
(Gambar: Subaru Telescope, NAOJ)
Emisi karbon monoksida (CO) pada cakram yang melingkupi HD 141569A mengembang hingga setara dengan 50 kali ukuran orbit Bumi. Emisi tersebut menguat secara gradual ke arah bagian dalam cakram, di dekat bintang induknya, dan memuncak pada jarak 15 AU (1 AU setara dengan 150 juta km, yang ekuivalen dengan jarak rata-rata antara Bumi dan Matahari), dan setelah itu semakin menyusut hingga menghilang di dekat bintang pusatnya.
“Kita tahu bahwa ada sedikit sisa gas pada radius 11 AU di cakram bagian dalam,” jelas Prof. Usuda pada astronomy.com. “Dengan kata lain, HD 141569A telah membangun sebuah rongga pada pusat cakram gas molekulernya dengan ukuran lebih besar dari ukuran orbit Saturnus.” Koleganya, Dr. Goto menambahkan bahwa ukuran rongga adalah hal yang sangat signifikan, karena hal itu dapat membatasi kemungkinan mengenai bagaimana rongga itu terbentuk untuk pertama kalinya.
Secara teori, suatu cakram yang melingkupi sebuah bintang dapat memiliki rongga di bagian dalamnya yang terbentuk dari berakhirnya garis-garis pada magnetosfer bintang sehingga memotong sebagian cakram. Ini disebut sebagai pemotongan magnetosferis (magnetospheric truncation), yang dapat menjelaskan keberadaan celah pada debu cakram. Namun demikian, ukuran potongan tersebut seharusnya lebih kecil—sekitar seperseratus AU—atau setara dengan ukuran bintang bersangkutan. Hal ini jelas tidak berlaku pada HD 141569A
Pengerusakan terhadap debu oleh radiasi dari bintang dalam sebuah proses yang disebut sublimasi juga dapat menghasilkan rongga di bagian dalam cakram. Namun radiusnya lagi-lagi diperkirakan terlalu kecil. Dalam kasus HD 14569A, radiusnya seharusnya hanya sekitar sepersepuluh radius orbit Bumi.
Penjelasan terbaik dari ukuran rongga pada cakram HD141569A berasal dari fakta yang berhubungan dengan radius gravitasional dari bintang tersebut. Radius gravitasional adalah radius dimana gas terionisasi yang mengalir dari sebuah bintang mencapai kecepatan yang sama dengan kecepatan lolos (escape velocity) dari bintang tersebut. Dengan kata lain, gas diluar radius gravitasional dapat lolos dari sistem bintang saat ia terionisasi. Gas pada cakram akan lebih pekat pada radius gravitasional dan menerima lebih banyak radiasi dari pusat bintang ketimbang pada bagian luar cakram. Dengan demikian, penghilangan massa cakram akibat proses ini akan lebih efisien di daerah radius gravitasional.
Skala ukuran yang sama terhadap rongga pada cakram HD 141569A dan radius gravitasionalnya, sekitar 18 AU, mengindikasikan bahwa rongga tersebut muncul dari proses yang disebut photo-evaporation, dimana gas terionisasi dan terdorong keluar. Hal ini juga menunjukkan bahwa photo-evaporation adalah proses yang sangat efektif dalam menyingkirkan cakram di sekeliling bintang muda, bahkan apabila proses lainnya juga tengah berlangsung.
Gambaran teoritis ini sebenarnya bukan hal baru, namun observasi terhadap HD 141569A adalah yang pertama kali memberikan bukti kuat untuk mendukung teori tersebut. Hasil pengamatan akan dipublikasikan pada The Astrophysical Journal pada akhir 2006 atau awal 2007.
Sumber: http://www.astronomy.com)

Senin, 14 Februari 2011

Kematian Menanti Kita


Kematian Menanti Kita

.
W. Ihwanul Hakim

Kematian Pasti datang

Akhir dari sebuah perjalanan hidup setiap makhluk yang bernyawa adalah kematian, begitupun manusia akan mengalami kematian sebagai akhir dari hidupnya di dunia ini. Umur yang diberikan oleh Allah Swt kepada manusia sudah ditentukan batasnya, kita sekarang sedang menuju batas akhir dari waktu yang tersisa. Tidak  ada seorangpun yang tahu kapan dan dimana dia akan meninggal, dalam kondisi yang bagaimana pada usia berapa. Kematian tidak dapat dipercepat atau ditangguhkan, tetapi pasti akan datang mengunjungi dan menjemput setiap makhluk yang bernyawa tanpa pilih kasih, tinggal menunggu waktu saja. Siapapun orangnya, apapun pekerjaan dan jabatannya, tua atau muda, sakit atau sehat, kuat atau lemah, kematianlah yang akan mengakhirinya. Seperti sebatang pohon mangga yang berbunga dan berbuah, tidak semua menjadi buah yang ranum dan matang. Ada yang berjatuhan ketika menjadi bunga, ada yang jatuh saat menjadi buah masih kecil, jatuh saat menjadi buah muda, ada juga yang jatuh saat sudah matang dan tua, bahkan ada juga yang sampai busuk di atas pohon baru jatuh. Begitulah kematian itu tidak pilih kasih, semua makhluk yang bernyawa akan mendapat giliran sesuai dengan batas waktu “kontrakan umur” yang telah ditentukan Allah Swt kepada makhluknya, seperti firman Allah dalam Al-Qur’an:

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada kami kamu dikembalikan”. (QS Al’Ankabut: 57).

Tidak seorangpun dan tidak ada satu umatpun yang dapat menangguhkan kematiannya barang sedetikpun, dengan cara apapun. Sekalipun seorang terkaya di dunia, tidak dapat memperpanjang usianya, begitu Malaikat maut Izrail datang menghampiri untuk mengambil Ruh, Dia tidak dapat mengelak dan lari, walaupun dengan cara menyuap karena malaikat tidak dapat disuap dan tidak butuh materi sebab malaikat tidak punya nafsu, tidak seperti manusia yang serakah dan ingin berkuasa. Mengenai kematian ini dalam ayat lain Allah berfirman:

“Tidak ada satu umatpun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak puladapat mengundurkannya”. (QS Al Hijr: 5).

Kematian adalah sebuah misteri yang tidak diketahui manusia,  jam berapa, tanggal, bulan dan tahun kapan, dia akan meninggal, hanya Allah Yang Maha Tahu tentang kematian, sebab, Allah Swt yang menciptakan kematian. Karena itu kematian merupakan hal yang ghaib bagi manusia, yang menjadi pertanyaan bagi kita bukan kematiannya, tetapi dalam kondisi bagaimana kita meninggal ? beriman dan bertaqwa kepada Allah atau dalam kondisi ingkar kepada Allah ? Selama hidup di dunia ini telah berapa banyak perbuatan baik yang kita lakukan, dalam hubungannya dengan Allah dan juga dengan manusia. Pernahkah kita mempertanyakan pada diri kita, apa yang kita lakukan ini sudah sesuai dengan perintah  Allah atau belum ? Lalu bagaimana kalau tiba-tiba kematian datang menjemput kita dalam kondisi kita belum bertobat ? Naudzubillah ! Mari kita renungkan, introsfeksi, koreksi dan evaluasi diri kita masing-masing sebelum azal datang menjemput. Tak satupun orang yang dapat menolong ketika malaikat maut (Izrail) menghampiri dan menjemput kita, untuk mengakhiri hidup ini. Hanya amal kebaikan yang menolong dan membantu meringankan sakitnya sakaratul maut (detik-detik terakhir menjelang kematian) yang sakitnya tidak dapat diutarakan lewat kata-kata. Ada yang mengatakan sakitnya seperti besi panas memerah dan membara ditusukan kedalam daging lalu ditarik perlahan-lahan. Apapun gambaran mengenai sakitnya menjelang kematian, senantiasa harus kita jadikan sebagai pelajaran agar terus berbuat kebajikan, ingatlah selalu kepada kematian yang misterius datangnya, mengakhiri hidup di dunia ini. Tanamkan  dalam diri kita tiada hari tanpa berbuat kebajikan.

Sebagai seorang muslim hendaklah senantiasa menjaga diri kita, ingatlah bahwa  segala apa yang dilakukan akan dipertanggungjawabkan kepada Allah, sekecil apapun perbuatan baik atau jahat akan diminta pertanggungjawabannya. Ketahuilah bahwa manusia memendam gagasan dan anggapan yang keliru dan salah mengenai hakikat kematian. Sebagian orang mengira kematian sebagai kelenyapan, akhir dari sebuah kehidupan dan tidak ada kebangkitan ataupun pengumpulan, tidak ada pembalasan atas kebaikan ataupun kejahatan serta tidak ada pertanggungjawaban. Bahwa kematian manusia sama seperti matinya hewan dan atau keringnya daun maupun tanaman. Inilah pandangan kaum atheist (Al-Mulhidun) dan mereka yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir (Al Ghazali, 1999). Kelompok  lain berpendapat bahwa manusia yang mati itu akan lenyap dan sirna sehingga selama tinggal di dalam kubur dia tidak akan menderita siksaan ataupun menikmati pahala suatu amal baik dan tidak diminta pertanggungjawaban sampai dia dibangkitkan kembali di hari pengumpulan. Apapun pendapat mereka, sebagai seorang muslim hendaklah melihat bahwa segala sesuatu yang dikerjakan dan dilakukan akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Swt, tidak mungkin Allah menciptakan manusia dan jin di dunia ini, tidak diminta pertanggungjawabannya terhadap apa yang dia lakukan. Adalah kewajiban seorang muslim memandang kematian sebagai kefanaannya, bumi sebagai tempat tidurnya, cacing sebagai karibnya, Mungkar dan Nakir  teman-temannya, kuburan sempit dan gelap tempat tinggalnya serta perut bumi tempat peristirahatannya, kebangkitan perjanjiannya, syurga dan neraka peruntungannya, untuk tidak memikirkan apapun selain kematian untuk menghadap Allah Swt dengan membawa amal perbuatan baik yang telah dikerjakan di dunia ini.

Al Ghazali (1999) berpendapat bahwa kematian adalah ungkapan tentang tak berfungsinya semua anggota tubuh yang memang merupakan alat-alat ruh. “Ruh” adalah abstraksi yang melaluinya manusia mencerap pengetahuan, rasa sakit, dan lezatnya kebahagian. Kita semua tidak tahu dengan pasti berapa lama Allah Swt  memberikan umur  untuk hidup di dunia ini. Sudah siapkah kita dengan kematian yang menutup seluruh keinginan dan kecintaan kita pada sesuatu yang indah di dunia ini ? Disinilah kita perlu memperbaiki diri terus-menerus, ingatlah akan kematian yang mengintai kita, janganlah kita lupa dan terlena dari mengingat Allah Swt. Nabi  Muhammad Saw bersabda;

“Banyak-banyaklah mengingat maut sebab mengingat mati itu menghapuskan dosa dan mengikis ambisi seseorang terhadap dunia”.

Dalam hadits yang lain Nabi Muhammad Saw  bersabda:

“Orang yang paling rajin mengingat mati dan orang yang paling baik persiapannya dalam menghadapinya. Itulah orang yang paling cerdas, yang akan memperoleh kehormatan di dunia ini dan kemuliaan di akhirat kelak” (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Abu Dunya dengan sanad Jayyid).

Ketika seorang mengalami kematian atau hilangnya Ruh dari jasadnya, yang kita kenal dengan istilah  meninggal dunia. Makna kematian adalah terpisahnya seseorang dari kekayaannya sehubungan dengan kepindahannya ke alam lain yang sama sekali berbeda dengan dunia ini. Jika di dunia dia memiliki sesuatu yang dia senangi, dia nikmati dan selalu dia cari, maka rasa sesalnya setelah mati akan bertambah besar dan perpisahan dengannya akan semakin besar dan semakin jauh. Hal pertama yang akan dialuinya adalah alam kubur dengan pertanyaan Malaikat Mungkar dan Nakir. Inilah saat pertanggungjawaban atas perbuatan yang dilakukan di dunia ini, apakah itu jahat atau baik, akan terungkap baginya adalah rahasia tentang manfaat dan mudarat apa yang telah diperbuatnya selama menjalani hidup di dunia yang fana.
Akan tetapi,  lain halnya dengan kegembiraan mengingat Allah Swt dengan menentramkan hati kepada-Nya, maka akan muncul rasa tenang, tentram, damai, senang, bahagia dan gembira akan sempurna. Karena  telah menembus dinding pemisah antara dirinya dan kekasiha-Nya, Allah Swt,  dan terbebas dari belenggu kesibukan duniawi yang telah membuat lalai dari mengingat Allah Swt. Inilah salah satu perbedaan antara hakekat kehidupan dan hakekat kematian. Oleh sebab itu sebagai seorang muslim, sudah sepatutnyalah melihat kematian ini sebagai sesuatu yang menyenangkan dan menggembirakan “Kematian adalah hadiah yang sangat berharga bagi orang beriman” karena akan bertemu dengan Sang Pencipta dan Penggenggam alam semesta, pemilik semua makhluk, Yang maha Pengampun, Maha Bijak dan pemberi rizki kepada semua makhluk. Akankah kematian itu menjadikan kebahagiaan  dan kesenangan bagi kita. Semoga, Aamiiin….

Sumber:
1.      Al Quran dan Hadits
2.      Disarikan dari berbagai sumber pendukung

Jumat, 11 Februari 2011

Soil Layers (Lapisan Tanah)


(Soil Layers) (Lapisan   Tanah)

Soil covers much of the land on Earth. It is made up of minerals (rock, sand, clay, silt), air, water, and organic material (matter from dead plants and animals). Soil provides a substrate for plants (roots anchor in soil), a source of food for plants, and a home for many animals (insects, spiders, centipedes, worms, burrowing animals, bacteria, and many others). A scientist who studies soil is called a pedologist.
Types of Soil: There are many different types of soils, and each one has unique characteristics, like color, texture, structure, and mineral content. The depth of the soil also varies. The kind of soil in an area helps determines what type of plants can grow. There are 12 orders (types) of soil: Alfisols, Aridisols, Entisols, Histosols, Inceptisols, Mollisols, Oxisols, Spodosols, Ultisols, Gelisols, Andisols, and Vertisols.
Soil Formation: Soil is formed slowly as rock (the parent material) erodes into tiny pieces near the Earth's surface. Organic matter decays and mixes with inorganic material (rock particles, minerals and water) to form soil.
Soil Horizons (layers): Soil is made up of distinct horizontal layers; these layers are called horizons. They range from rich, organic upper layers (humus and topsoil) to underlying rocky layers ( subsoil, regolith and bedrock).

O Horizon
The top, organic layer of soil, made up mostly of leaf litter and humus (decomposed organic matter).


A Horizon
The layer called topsoil; it is found below the O horizon and above the E horizon. Seeds germinate and plant roots grow in this dark-colored layer. It is made up of humus (decomposed organic matter) mixed with mineral particles.

E Horizon
This eluviation (leaching) layer is light in color; this layer is beneath the A Horizon and above the B Horizon. It is made up mostly of sand and silt, having lost most of its minerals and clay as water drips through the soil (in the process of eluviation).

B Horizon
Also called the subsoil - this layer is beneath the E Horizon and above the C Horizon. It contains clay and mineral deposits (like iron, aluminum oxides, and calcium carbonate) that it receives from layers above it when mineralized water drips from the soil above.


C Horizon
Also called regolith: the layer beneath the B Horizon and above the R Horizon. It consists of slightly broken-up bedrock. Plant roots do not penetrate into this layer; very little organic material is found in this layer.


R Horizon
The unweathered rock (bedrock) layer that is beneath all the other layers.

The twelve Soils Order

The 12 soil orders are listed below in the sequence in which they key out in Soil Taxonomy.
Click on the order name for more information and to view images of example soils and landscapes.
























Sumber: http://soils.cals.uidaho.edu/soilorders/orders.htm

Rabu, 09 Februari 2011

Inside The Earth


Inside  The  Earth


The Earth is made of many different and distinct layers. The deeper layers are composed of heavier materials; they are hotter, denser and under much greater pressure than the outer layers.

Core:
The Earth has a iron-nickel core that is about 2,100 miles in radius. The inner core may have a temperature up to about 13,000°F (7,200°C = 7,500 K), which is hotter than the surface of the Sun. The inner core (which has a radius of about 750 miles (1,228 km) is solid. The outer core is in a liquid state and is about 1,400 miles (2,260 km) thick.


Mantle:
Under the crust is the rocky mantle, which is composed of silicon, oxygen, magnesium, iron, aluminum, and calcium. The upper mantle is rigid and is part of the lithosphere (together with the crust). The lower mantle flows slowly, at a rate of a few centimeters per year. The asthenosphere is a part of the upper mantle that exhibits plastic properties. It is located below the lithosphere (the crust and upper mantle), between about 100 and 250 kilometers deep.


Convection (heat) currents carry heat from the hot inner mantle to the cooler outer mantle. The mantle is about 1,700 miles (2,750 km) thick. The mantle gets warmer with depth; the top of the mantle is about 1,600° F (870° C); towards the bottom of the mantle, the temperature is about 4,000-6,700° F (2,200-3,700° C). The mantle contains most of the mass of the Earth. The Gutenberg discontinuity separates the outer core and the mantle.

Surface and crust:
The Earth's surface is composed mostly of water, basalt and granite. Oceans cover about 70% of Earth's surface. These oceans are up to 3.7 km deep. The Earth's thin, rocky crust is composed of silicon, aluminum, calcium, sodium and potassium. For a page on soil, click here.
The crust is divided into continental plates which drift slowly (only a few centimeters each year) atop the less rigid mantle. The crust is thinner under the oceans (6-11 km thick); this is where new crust is formed. Continental crust is about 25-90 km thick. The lithosphere is defined as the crust and the upper mantle, a rigid layer about 100-200 km thick. The Mohorovicic discontinuity is the separation between the crust and the upper mantle.


Sumber:
http://www.enchantedlearning.com/geology/soil/

Senin, 07 Februari 2011

Makna Dibalik Kunci Ilmu itu Membaca


Makna Dibalik Kunci Ilmu itu Membaca

W.Ihwanul Hakim


Pentingnya Membaca

Ketika 14 abad yang lalu, Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, dengan surat Al-Alaq yang pertama turunkan Allah melalui Malaikat Jibril A.S.. Ayat-ayat dalam surat tersebut, menyuruh membaca, Iqra ! Dalam ayat tersebut, Allah menyuruhnya membaca kepada nabi Muhammad, padahal Nabi Muhammad Saw adalah orang yang Umiy (tidak bisa baca), berulang-ulang kata tersebut diucapkan oleh Malaikat Jibril A.S, namun Nabi tetap terdiam, karena tidak memahami apa yang dimaksudkan dalam perintah tersebut, Nabi Muhammad Saw baru dapat memahami setelah Allah Swt mengajari dan menunjukan kebesaran-Nya melalui Malaikat Jibril.A.S menuntunnya, Firman Allah tersebut berbunyi:

“Bacalah ! dengan menyebut nama Tuhan Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah ! dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS  Al ‘Alaq: 1-5).

Ayat di atas, bukan hanya untuk Nabi Muhammad saw saja tetapi untuk seluruh umat manusia yang berakal, sebagai petunjuk sekaligus perintah Allah kepada manusia untuk “membaca” ayat-ayat Allah. Agar manusia tidak mengalami kegelapan jalan hidupnya di dunia ini dan di akhirat kelak. Allah menyuruh manusia untuk “membaca” baik ayat yang tertulis maupun yang terhampar di alam semesta yang maha luas ini. Membaca harus dijadikan sebagai kebiasaan dan kebutuhan hidup sehari-hari, sebagai sarana untuk menambah wawasan, mencari dan menggali ilmu serta mengasah ketajaman analisis. Ketertinggalan umat Islam, salah satu penyebabnya adalah kurangnya membaca, yang menyebabkan tidak “mencintai” buku. Melihat buku kecil dan tipis sudah malas, terlebih buku yang besar dan tebal, baru melihat saja malasnya minta ampun, apalagi membacanya. Umat Islam baru dapat menjadikan “membaca” sebagai sebuah keinginan, belum dapat menjadikan “membaca” sebagai suatu kebiasaan dan kebutuhan. Disinilah kita tertinggal dengan masyarakat negara maju seperti; Jepang, Canada, Jerman, Perancis dan belanda yang menjadikan membaca sebagai bagian dari kebutuhan hidup sehari-hari, padahal mereka sebagian besar tidak beragama Islam, sedangkan yang beragama Islam dan  mendapat perintah dari Allah untuk “membaca” tidak “membaca”. Tidak  mendapat perintah saja mereka rajin membaca apalagi jika mendapat perintah langsung.
Sedikit sekali atau mungkin jarang dalam keseharian, kita menghabiskan waktu luang untuk membaca buku, ketika naik kendaraan umum, di halte bahkan di kantor jarang atau mungkin tidak sama sekali membaca buku. Kita lebih banyak mengobrol dan “membahas orang”. Kondisi seperti ini tidak hanya dialami oleh para pelajar, ibu rumah tangga, pekerja kantoran, dan lain sebagainya, tetapi juga dialami oleh bapak/ibu guru yang katanya sebagi pendidik dan pengajar di sekolah. Bagaimana kita dapat membiasakan para pelajar untuk membaca buku, lha ! bapak/ibu gurunya juga tidak pernah baca buku, bahkan lebih banyak ngobrol dan “membahas” orang di kantor ? Banyak waktu digunakan untuk ngobrol yang tidak karuan dan mungkin ditambahin bohong ? Bukankah ini perbuatan yang mensia-siakan waktu dan kurang sekali manfaatnya ? Bukankah “membahas” orang itu perbuatan dosa ? Bahkan dikatagorikan sama dengan pemakan bangkai daging saudaranya sendiri. Bagaimana kita dapat menambah ilmu, kalau buku yang kita pegang saja tidak pernah kita baca ? kita hanya  tahu judulnya saja. Janganlah mengharap kita mampu mencetak generasi yang berwawasan luas dan cerdas, mampu mengejar ketertinggalan dari negara maju. Karena kita sendiri tidak mebiasakan untuk “mencintai”  buku. Wajar saja kalau sampai dengan hari ini kita hanya baru mencetak generasi yang baru bisa coart-coret, setelah lulus dari sekolah. Apakah ini tidak menjadikan kita harus banyak introsfeksi

Disinilah Allah memberikan  bekal akal kepada manusia sebagai sarana untuk “membaca” tabir rahasia alam ciptaan Allah Swt. Akal manusia berada dalam otak yang tersimpan rapih pada kepala, otak ini diciptakan Allah Swt, dengan penuh kesempurnaan. Secara biologis, otak terdiri 3 bagian yaitu; bagian otak kiri, bagian otak kanan dan bagian otak kecil atau otak bawah sadar. Masing-masing bagian otak ini memiliki karakteristik dan tugas yang spesifik. Menurut  AM Rukky Santoso (2001), terdapat  30 milyar  sel pada otak, setiap bagian sel juga membentuk jaringan kerja sama yang sangat rumit melalui bagian-bagian kecil yang disebut neuron. Secara keseluruhan jaringan kerjasama sel dan neuron ini tidak pernah berhenti bekerja seumur hidup manusia. Ini adalah suatu jaringan super canggih yang berlangsung terus menerus sepanjang hidup dan tidak mungkin dapat ditandingi oleh teknologi apapun yang pernah diciptakan manusia. Inilah Kekuasaan, Kebesaran dan Keagungan  Allah Swt, yang diperlihatkan dalam salah satu bagian tubuh manusia. Otak yang diciptakan Allah dengan sangat spesifik, penuh karakteristik dan keistimewaan memiliki fungsi yang berbeda. Otak kiri (left cerebral hemisphere) bertugas berpikir secara kognitif dan rasional, yaitu yang bersifat; logis, matematis, analitis, realistis, vertikal, kuantitatif, intelektual, objektif dan mengontrol sistem motorik bagian tubuh kanan. Otak kanan (right cerebral hemisphere) bagian otak yang berkerja secara afektif dan relasional, memiliki karakter kualitatif, impulsif, spiritual, holistik, emotional, artistik, kreatif, subjektif, simbolis, imajinatif, simultan, intuitif dan mengontrol gerak motorik tubuh sebelah kiri. Sedangkan otak kecil (otak bawah sadar) bertugas bagaikan mesin perekam otomatis yang canggih, seluruh kejadian yang berlangsung pada kehidupan kita baik yang disadari atau tidak, terekam dalam otak kecil. Otak kecil yang bernama Cerbelum sering kali mengagetkan kita dengan memberi informasi yang cepat secara tiba-tiba, mengenai sesuatu yang tidak kita sadari sebelumnya. Otak adalah organ tubuh yang sangat dahsyat dalam kehidupan manusia. Kehebatan otak manusia masih merupakan sebuah misteri dan belum diketahui seluruhnya oleh para peneliti, yang mengkhususkan diri pada penelitian otak. Hasil penelitian para ahli syaraf telah menyatakan bahwa manusia selama hidupnya hanya memanfaatkan paling banyak 10 % dari total kemampuan otak yang didukung 30 milyar sel dan neuron. Betapa Maha Kuasanya Allah Swt, yang menciptakan semua ini dengan penuh Keagungan dan Keadilan. Sudahkah otak, kita gunakan untuk “membaca” ayat-ayat Allah ? Sudahkah otak, dipakai untuk bersyukur kepada Allah Swt, dengan memanfaatkannya untuk memikirkan, “membuka” dan menjelaskan rahasia alam ? Ataukah hanya kita simpan dalam kepala sebagai perhiasan hidup, karena sangat berharga ? Umat ini tidak akan bangkit jika otak yang berisi akal, tidak kita optimalkan pemakaiannya, padahal ini titipan dan karunia dari Allah kepada manusia yang harus dipertanggungjawabkan.
Kita sangat perlu memiliki logika terapan seperti itu dalam kehidupan kita. Sebab, jika sekedar otak, banyak tersedia di negeri ini. Yang tidak ada ialah otak yang memiliki kemauan dan kesadaran untuk bangkita dari keterpurukan  IPTEK dan moral.
Allah mengajarkan kepada manusia melalui kalam-Nya, makna kalam disini sangat luas sekali yaitu kalam yang tertulis (Al-Qur’an) dan kalam yang tidak tertulis, yang berupa alam semesta beserta segala isinya. Mari   kita renungkan kembali dan melihat kebenaran ayat-ayat Al-Qur’an  dengan penuh kejujuran, jangan membuat pembelaan diri untuk menghindar dari kebenaran yang nyata yang ditunjukan oleh Allah Swt terhadap makhluknya.
Kreativitas, dan inovasi pemikiran dan kajian umat, terkadang di serang habis-habisan tanpa ikut meneliti terlebih dahulu kebenarannya dengan alasan bid’ah.
Sepanjang agama lebih banyak  terdiri atas cara merasakan (perasaan) dan tidak sekedar atas serangkaian kepercayaan, ilmu tidak dapat menyentuhnya. Sepanjang mengenai Nabi-nabi dan pengikut-pengikutnya, kepercayaan muncul dalam berbagai bentuknya dalam dogma-dogma tertentu dan cara berpikir yang khas mengenai tujuan umat manusia (Qs At Taubah :128).
Pertanyaan yang perlu kita ajukan kepada diri kita adalah: Berapa lamakah Allah memberikan umur untuk hidup di dunia ini ? Manakah yang banyak kita lakukan, perbuatan baik atau buruk ?  Bekal amal manakah yang akan dibawa kita nanti ? Patutkah kita membanggakan diri dan sombong, dihadapan semua makhluk ciptaan Allah Swt, sementara kita adalah makhluk yang fana ? ”Sesungguhnya shalatku, hidup dan matiku, hanya bagi Allah Tuhan semesta alam” (QS 6: 162).
Erich Fromm dalam Abdul Hamid Murshi (1997) membatasi lima klasifikasi kepribadian manusia, yaitu;
1.      Kepribadian yang bersifat pasrah dan pasif. Ia yakin apapun yang diinginkannya harus tercapai tanpa usaha atau kegiatan untuk memperolehnya, dan harus diperoleh dengan cara pasif dan pasrah.
2.      Kepribadian vested interest. Berusaha  memperoleh segala sesuatu dari orang lain denga cara tipuan dan kekerasan, dan menganggap semua orang sebagai sasaran baginya. Ia merasa lebih tertarik dan menyenangi segala sesuatu yang dikuasainya dari pada sesuatu yang diperolehnya dari jerih payahnya sendiri. Usahanya hanya menipu dan melanggar hak orang lain.
3.      Kepribadian yang suka menyimpan. Bersifat lemah iman terhadap setiap perolehan sesuatu dari luar. Ketenangannya bergantung pada simpanan dan tabungannya. Ia kikir harta, pikiran dan perasaan.
4.      Kepribadian yang berorientasi pasar. Menyerupai kepribadian penjual, menurutnya orang yang sukses adalah orang yang bernilai guna.
5.      Kepribadian produktif. Manusia bukan hanya makhluk berakal dan makhluk sosial, tetapi juga makhluk produktif. Dengan mengeksplorasi akal dan daya imajinasi, manusia dapat mengubah bahan mentah menjadi bahan produksi. Kemampuan manusia untuk mendayagunakan potensi rasio, perasaan, indera dan fasilitas-fasilitas lain pada dirinya.

Bukan berarti bahwa kita mendahulukan hal-hal yang bersifat duniawi dari pada akhirat, tetapi hendaknya kita membebaskan yang disebut tekemudian itu dari berbagai tipu muslihat yang membelengu diri kita yang sedang di tujukan ke arah masyarakat Islam.
Adalah tidak bijaksana jika kita berkata dua tambah dua sama dengan empat, dan sesudah itu kita mati kelaparan, sementara ada orang yang mengatakan lain diluar itu dua tambah dua sama dengan lima dengan itu mereka dapat menikmati kekayaan
“Sedikit kerja dengan ilmu berarti banyak, dan banyak kerja dengan kebodohan berarti sedikit”.
Hendaknya kita tidak menegaskan prinsip ini berdasarkan keimanan semata, tetapi hendaknya penegasan kita tersebut kita tempatkan dalam persektif rasional dari kehidupan kita.
Kalau kau bersedih kehidupanlah yang bersedih,
Sebab kesedihan tak sanggup menyentuh jiwamu
(Emha Ainun Nadjib)

Lebih lanjut Abdul Hamid Mursi (1997)  mengatakan bahwa, pekerjaan manusia meliputi asfek rasio dan fisik.
           
Hal itu menunjukan bahwa kita akan berakhir, tidak ada makhluk yang abadi
“…Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu tidak mengetahui apa-apa, kemudian Allah memberi kepada kamu pendengaran dan penglihatan serta pikiran (perasaan) supaya kau bersyukur” (QS An Nahl: 78).

Sumber:
1.       Al Qur’an 
2.     Berbagai sumber pendukung