02 03 04

Selasa, 12 Oktober 2010

ISLAM AGAMA WAHYU DAN ILMIAH


Islam Agama Wahyu dan Agama Ilmiah
W. Ihwanul. Hakim


Islam Agama Rahmatan Lil’alamin

“Islam is indeed much more than a system of theology, it is complete civilization” (H.A.R. Gibb).

Pendapat seorang orientalis, H. A. R. Gibb, di atas melihat Islam dalam sudut pandang yang obejektif. Islam dalam pandangannya, tidak hanya merupakan suatu agama, tetapi mencakup sistem peradaban yang lengkap. Siapa  saja yang melihat Islam dalam pandangan objektif dengan analisis yang dalam, maka akan menemukan kebenaran yang hakiki, rasional dan objektif. Islam adalah agama Rahmatan lil’alamin, rahmat bagi seluruh alam semesta. Hal ini menunjukan bahwa Islam merupakan agama yang sempurna, sebagai penyempurna bagi agama-agama sebelumnya. Tidak ada kata lain untuk mengatakan hal itu kecuali bahwa Islam adalah agama paling benar, paling objektif  dan paling rasional. Hanya saja, terkadang kita banyak menyaksikan analisis yang “miring” dan tidak objektif yang dilakukan oleh orang-orang barat (orientalis) terhadap Islam. Hal ini, mungkin terjadi karena yang muncul kepermukaan dari keberagamaan umat Islam itu sendiri, tidak menjalankan syariat Islam secara benar, tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits. Sehingga  yang ada dalam pandangan orientalis, bahwa Islam itu identik dengan kemalasan, kebodohan, kekerasan dan hanya sebuah ritual belaka. Padahal yang sebenarnya, Islam jauh lebih baik dan sempurna, dari apa yang dilihat oleh para orientalis yang miring itu. Islam memiliki pedoman hidup yang tidak akan berubah dan punah, yaitu Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad Saw. Inilah dua pegangan hidup umat Islam dalam keberagamaannya.
Aspek  lain dari  kehidupan keberagamaan umat Islam dan mungkin yang paling diinginkan, yaitu tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat. Untuk mencapai tujuan tersebut, tidaklah mudah, tetapi diperlukan kesungguhan dalam beragama secara baik dan benar, menjalankan ajaran agama Islam secara menyeluruh (Kaffah),  terbebas dari ketidakikhlasan, hanyalah mengabdi dan berserah diri kepada Allah Swt, jika hal ini dapat dilakukan maka tujuan hidup Insya Allah akan tercapai. Sebetulnya hal ini telah di contohkan oleh Rasulullah Saw, sebagai seorang hamba Allah, beliau menjalankan perintah Allah, walaupun beliau sudah dijamin masuk syurga. Sebagai seorang Rassul, beliau mengajarkan kebenaran agama dan  memberikan contoh, suri tauladan, kepada umat manusia. Pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan bagi seluruh umat manusia, bukan hanya untuk umat Islam saja, karena beliau diutus untuk seluruh umat manusia. Seperti difirmankan dalam Al-Qur’an;

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak  menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab: 21).

Rasulullah Saw adalah orang yang berpikir mendalam dan cerdas mengenai masalah-masalah, sosial, pemerintahan, perekonomian, strategi perang, ahli politik, pemberi solusi yang terbaik, dan masih banyak yang lainnya, ada pada diri Rasulullah yang tidak dapat dikatakan pada buletin ini. Nabi Muhammad Saw memberi arahan tujuan hidup umat manusia dan juga memberikan arahan ke masa depan untuk mewujudkan kemungkinan-kemungkinan yang terbaik bagi umat manusia di dunia dan di akhirat.

Islam adalah Agama Wahyu dan Ilmiah

Islam adalah agama wahyu dan agama ilmiah yang pertama dan terakhir di turunkan oleh Allah Swt kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad Saw. Tetapi orang barat (orientalis) tetap tidak mau menerima Islam sebagai satu-satunya agama paling benar, karena mereka melihat Islam tidak secara objektif, bahkan mereka mendustakan ayat-ayat Allah. Pada zaman materialistik seperti sekarang ini, memelihara agama dianggap kuno, dan mencelanya dianggap suatu kemajuan itulah kebanggaan orang barat (orientalis). Padahal satu-satunya agama yang diakui dan paling benar di hadapan Allah adalah Islam seperti ditegaskan oleh Al-Qur’an; satu-satunya agama dihadapan Allah adalah Islam, sesuai dengan firman Allah Swt:

 “Sesungguhnya agama yang diridhoi disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka. Barangsiapa kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisabnya” (Qs Ali Imron: 19).

Sebagai agama wahyu Islam diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia di dunia ini. Sebagai agama ilmiah, Islam bisa dikaji secara objektif oleh siapapun, baik itu ke-Tauhidannya, syariatnya, kitab sucinya (Al-Qur’an), dan Hadits Nabinya (Sunah Rassul). Islam menerima kekuasaan alam, yang dikenal dengan hukum alam, hakikat sesungguhnya berada di bawah perintah dan kekuasaan  Allah Swt. Al-Qur’an menegaskan hukum alam sebagai kehendak Allah Swt. Maka sekali-sekali kamu tidak akan menemui perubahan bagi sunnah Allah dan sekali-kali tidak akan pula menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu, seperti difirmankan oleh Allah, dalam Al-Qur’an Al-Karim:

“…Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak pula akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu”. (QS Al Faathir: 43).

Ayat di atas menegaskan kepada kita bahwa Sunatullah merupakan kehendak Allah Swt pada seluruh makhluk ciptaannya. Hukum Allah, tidak akan pernah berubah dan tidak akan pernah menyimpang. Selama Allah tidak merubah ketentuannya pada hukum alam tersebut. Dalam Al-Qur’an, Allah sering kali menunjukan fenomena alam yang menakjubkan dan bersamaan dengan itu pula, Allah Swt memerintahkan kepada manusia untuk memahami, memepelajari dan merenungkan akan kejadian alam ciptaan Allah ini, baik dalam kondisi berdiri, duduk dan berbaring. Usaha tersebut belumlah merupakan usaha yang bermakna jika hanya melihat saja, sebab belum membantu manusia dalam memahami ciptaan-Nya, tetapi kita dituntut menggunakan akal secara optimal untuk “membongkar” dan menjelaskan rahasia alam, ini merupakan perintah Allah Swt.
Manusia tidak akan mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang benar  mengenai alam ciptaan Allah, sebagai pengakuan  dan sarana mendekatkan diri kepada Allah Sang Pencipta, manakala tidak menggunakan akalnya dengan optimal, tidak berpikir secara objektif, hatinya tidak bersih; penuh kedengkian, permusuhan, sombong, ingin mendapat pujian, diliputi prasangka-prasangka dan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Hal inilah yang oleh Al-Qur’an disinyalir sebagai penghalang untuk mendapatkan kebenaran.
Kita telah melupakan ayat-ayat Al-Qur’an yang banyak mengisyaratkan makna yang belum bisa kita lakukan dengan menggunakan analisis akal. Ayat-ayat perintah atau amar; seperti haji, zakat, shalat, sedekah, berjilbab dan lain-lain, bisa dilakukan oleh sebagian umat Islam dengan segera. Namun banyak ayat-ayat berupa isyarat, harus menggunakan akal pikiran untuk mengkaji, menganalisis dan menjelaskannya, dan juga banyak ayat Al-Qur’an, menjelaskan atau menceritakan keadaan orang yang beriman, kita tidak akan mampu melakukan penelaahan kalau bukan karena hidayah Allah Swt.
Al-Qur’an Al karim mengajak kepada kaum mukminin untuk memikirkan dengan akalnya sejarah umat terdahulu, sebagai hikmah bagi kita yang hidup di masa kini dan masa yang akan datang, agar selalu ingat akan kebenaran firman Allah, Al-Qur’an, oleh sebab itu umat Islam harus melakukan sesuatu yang berguna dalam kehidupannya di dunia ini, sebagai hidup di akhirat kelak, sehingga mengetahui bagaimana menyususn rencana, melaksanakan aktivitas keagamaan dengan benar sesuai dengan Al-Qur’an dan hadits, untuk mencapai tujuan hidup, mendapat keridhoan Allah Swt.
Mari kita perhatikan makhluk ciptaan Allah swt, yaitu binatang kecil seperti semut atau serangga, mereka tidak memiliki akal dan tiada mampu berpikir, makhluk yang tiada daya namun mampu bersiasat, memiliki strategi dalam membela diri untuk mempertahankan hidupnya dan memiliki “keahlian” untuk mencari makanan dan membuat sarangnya sebagai tempat tinggal.  Semua makhluk telah mengikuti kehendak Ilahi dan perintah Ilahi dengan terpaksa ataupun sukacita. Allah membuat hukum yang harus diikuti semua makhluk teak terkecuali manusia. Kita dapat merasakan kebesaran Allah Swt, pada diri kita sendiri dalam renungan yang hening, hati bening dan bersih, pikiran jernih, dan ikhlas karena Allah. Tubuh kita yang terbungkus daging, keluar masuknya nafas ke dalam tubuh, mata yang berkedip, degup jantung yang bergerak mengalirkan darah, indahnya penglihatan memandang panorama alam. Telinga yang mendengar berbagai jenis suara, lidah merasakan lezat dan nikmatnya makanan. Alangkah indahnya semua ini dan tidak ada cela sedikitpun, manusia hanya bisa merasakan, menikmati dan menyaksikan. Tidak sedikitpun kita ikut andil dalam membuat keadaan ini. Wallahu ‘alam.
Sumber:
Disarikan dari berbagai sumber

1 komentar:

  1. Teruslah berkarya dan memberikan yang terbaik dan bermanfaat bagi kemanusiaan (baik ilmu, harta maupun prilaku kita)....

    BalasHapus

Bagaimana komentar Anda?