02 03 04

Sabtu, 09 Juli 2011

Memahami teori evolusi dari diri sendiri

Memahami teori evolusi dari diri sendiri


Don't trust evolution, it is just a science, not for believer
Memahami teori evolusi mirip memahami kemunculan kita atau kelahiran diri kita di dunia.
Ketika kita lahir ceprot ! Tak ada yang dapat meyakinkan kita bahwa kita lahir pada jam itu, tanggal itu dan oleh ibu itu dengan sang ayah yang itu. Yang ada hanyalah selembar surat. Dan kesaksian mereka. Kita yakin itu adalah tanggal kelahiran kita tanpa kita mampu membuktikannya atau menolaknya.
Ketika umur sekian bulan ada foto-foto kita. Juga ketika TK, SD. Nah saat itu kita baru punya ingatan. Pertanyaan yang mungkin agak sulit tentang mulainya sejarah diri kita sendiri, “kapan saat terkecil yang anda ingat ?“. Saya yakin ndak ada yg ingat saat dilahirkan. Ndak ada yg ingat wajah doker, atau bidang yg menolongnya.
Skalilagi kita hanya percaya pada selembar surat dan selembar foto, serta pengetahuan dari orang yg tahu tentang masa kecil kita. Jarang diantara kita yang kemudian melakukan checking dan recheck ke Rumah sakit atau bertanya pada bidan yang membantu ibu melahirkan kita. Juga ndak ada yang berniat membuktikan apakah kita keturunan ayah dengan uji DNA. Namun rata-rata hanya percaya saja dengan surat dan cerita dari orang tua yang sudah ada saat kita lahir.
Sumber data dan sumber ilmu

Teori evolusipun berevolusi
Saya ibaratkan surat akta lahir itu sebagai sebuah data sumber ilmu pengetahuan. Orang tua, pakdhe, budhe dan om-tante adalah para alhi. Yang kebetulan dituliskan dalam selembar kertas. Dan ketika saat terkecil munculnya kita adalah saat munculnya kesadaran. Kapan itu ? Saya sendiri hanya ingat masa terkecil saya ketika usia 3 tahun. Itu saat termuda yang mampu saya ingat. Walaupun tetep samar-samar. Tetapi saya ingat lokasi dan dengan digendong almarhum bapak saya. Setelah itu memori saya barulah saya mampu merunut kehidupan saya telah berjalan setapak-setapak hingga kini.
Foto-foto lain serta tulisan serta memori yang ada di otak saya menjelaskan perjalanan hidup saya sejak bayi (yg saya tidak ingat sama sekali) hingga kini ada di Jakarta.
Evolusi mahluk dan perjalanan hidup
Nah bisa kita mengibaratkan foto-foto itu sebagai fosil fosil. Saya bisa percaya fosil itu sisa mahluk hidup masa lampau. Layaknya saya melihat foto masa bayi saya ketika tengkurap. Sayapun hanya percaya itu foto saya karena diberitahu om, pakde serta ortu saya. Demikian juga fosil-fosil itu. Saya lihat foto saya bayi mirip dengan saya. Dan berkembang menjadi saya. Saya juga melihat fosil-fosil itu berkembang berubah seperti layaknya perubahan yg perlahan.
Kalau saya bisa dan mampu mengerti foto-foto itu adalah foto-foto perkembangan saya sejak dahulu, maka secara sederhana saya juga meyakini fosil2 itu sebagai jejak napak tilas perubahan mahluk hidup. Dan dengan begitu saya mudah mengerti bagaimana proses evolusi itu berkembang.

Ita, sejak bayi hingga kini
Disebelah ini foto perkembangan sahabat saya, Ita (Alphita) yang dikumpulkannya sejak kecil. Di atas memeperlihatkan Ita yang masih bayi, tentusaja kalau ditanya dia tidak akan bisa ingat sewaktu bayi. Tapi saya yakin dia percaya saja bahwa itu dirinya. Tentusaja selain dengan dongengan kakek nenek serta ibu-bapaknya, Ita juga melihat perkembangan wajah dirinya. Dan itu yang akan membuatnya percaya bahwa foto bayi dan anak kecil itu adalah dirinya.
Nah kita tahu ada fosil yang terrekam dalam batuan merupakan sisa mahluk hidup masa lalu prosesnya bisa dilihat ditulisan ini Apa itu fosil ?. Tentusaja fosil-fosil ini tidak terrekam lengkap. Mirip seperti rekaman foto kita juga terpencar-pencar. Karena dulu belum ada filem yg merekam perjalanan kita sepanjang masa. Namun dengan fosil inilah para ahli mempelajari proses perubahan mahluk hidup dan melahirkan teori evolusi.
Tentusaja perubahan individu ini akan berbeda dengan perkembangan mahkluk hidup secara kolektif.  Perubahan yang terlihat dalam proses evolusi bukanlah perubahan individu, juga bukan perkembangan satu keluarga saja, tetapi perubahan kolektif spesies selama jutaan tahun. Namun harus dimengerti juga bahwa kita pun memiliki keterbatasan kesadaran dalam memahami sejarah diri sendiri. Demikian juga teori evolusi. Teori ini memiliki titik-titik simpul yang masih lepas tak berhubungan. Mirip seperti sulitnya memahami rekaman sejarah diri kita sewaktu bayi.
Sumber: dongeng geology. https://rovicky.wordpress.com/2011/05/02/memahami-teori-evolusi-dari-diri-sendiri/

Kamis, 07 Juli 2011

Einstein: “Saya Tidak Pintar-pintar Amat”

Einstein: “Saya Tidak Pintar-pintar Amat
“Yang bener ah?” Serius, dia sendiri koq yang ngaku begitu. “Dia kan termasuk orang paling jenius di dunia?” Memang, tapi kenyataannya dia mengatakan seperti itu. “Mungkin hanya merendah.” Bisa jadi! Tapi, saya yakin ada kebenaran dibalik perkataan yang dia sampaikan. Apa itu?
OK, saya akan tunjukan kalimat lengkapnya:
It’s not that I’m so smart, it’s just that I stay with problems longer.
Saat dia mengatakan, It’s not that I’m so smart, bisa jadi hanya sebuah cara untuk merendah diri. Namun saat dia mengatakan, it’s just that I stay with problems longer, saya yakin ini adalah suatu kebenaran. Dia adalah tipe orang yang berpikir keras. Inilah yang menyebabkan dia jenius.
Dari perkataan itu saya mengambil 2 kesimpulan:
  • Dia berpikir keras saat memikirkan suatu masalah atau soal. Dia tidak mudah menyerah untuk mencari jawaban dari permasalahan yang dia hadapi. Memang seperti inilah karakter orang jenius. Mungkin Anda ingat cerita Archimedes dimana dia terus memikirkan masalah bahkan saat dia mandi. Jadi jangan cepat menyerah! Saat ini mungkin tidak bisa, tapi bisa jadi setelah berusaha,  menjadi bisa.
  • Saat dia tidak menemukan jawaban dengan suatu tingkat pikiran, dia meningkatkan tingkat pikirannya. Atau menggunakan 6 cara berpikir seperti dijelaskan oleh Edward de Bono. Yang jelas, dia terus meningkatkan cara berpikirnya untuk menemukan suatu jawaban. Di lain kesempatan dia mengatakan,
No problem can be solved from the same level of consciousness that created it.
Apa hikmah untuk kita?
Sebelum membahas hikmahnya, saya akan sedikit menjelaskan kata masalah atau problem bukan berarti kita hanya berpikir saat kita mengalami masalah sesuai pengertian kita sehari-hari. Tetapi termasuk saat kita akan melakukan peningkatan atau perbaikan. Misalnya, masalahnya: “bagaimana cara meningkatkan penjualan?”
  1. Jangan cepat menyerah saat Anda sedang berpikir menyelesaikan suatu masalah. Mungkin diperlukan berpikir lebih keras, lebih kreatif, dan menggunakan teknik-teknik berpikir. Mungkin perlu diam sejenak menenangkan pikiran untuk mendatangkan ide intuitif. Mungkin perlu bertanya ke seseorang. Mungkin perlu buka buku.
  2. Tingkatkan terus pola pikir Anda. Bisa jadi masalah Anda tidak akan terselesaikan dengan tingkat pikiran Anda saat ini.
Sumber: http://www.motivasi-islami.com/einstein-saya-tidak-pintar-pintar-amat/