02 03 04

Kamis, 31 Mei 2012

Misteri “Segitiga Masalembo”, Segitiga Bermuda di Wilayah Indonesia

Misteri “Segitiga Masalembo”, Segitiga Bermuda di Wilayah Indonesia


“Segitiga Masalembo: Pulau Bawean – Kota Majene – Kepulauan Tengah, kadang terjadi arus laut dan angin yang mengalir akibat adanya perbedaan tekanan dalam siklus harian ataupun tahunan (monsoon) lalu keduanya bertemu menjadi satu mirip layaknya tornado, badai, hurricane ataupun typhoon namun dalam putaran yang lambat tapi tiba-tiba berpindah arah.”

Dua kecelakaan lalulintas pada transportasi udara dan laut di daerah Masalembu atau lebih dikenal Masalembo ini, pada beberapa tahun terakhir sangat memprihatinkan.

Tampomas-II saat tenggelam pada tanggal 27 Januari 1981 di perairan Masalembo.

Yang pertama, kecelakaan lalulintas laut yang menimpa kapal laut Senopati Nusantara pada tanggal 29 Desember 2006.
Kemudian pada tanggal 1 Januari 2007 kecelakaan pesawat udara Adam Air penerbangan 574 dengan nomer ekor PK-KKW. (lihat lokasi blackbox) (lihat video Adam Air, NatGeo TV Air Crash Investigation, text bahasa Indonesia)
Dan disusul pada bulan Juli oleh kecelakaan transportasi laut KM Mutiara Indah yang tenggelam di perairan Masalembo pada tanggal 19 Juli 2007.

Adam Air penerbangan 574 dengan nomer ekor PK-KKW yang hilang di perairan Masalembo pada tanggal 1 Januari 2007, sedang taxiing menuju runway.

Tujuh hari kemudian pada tanggal 27 Juli 2007 disusul tenggelamnya KM Fajar Mas, juga di perairan Masalembo.
Belum sebulan setelah peristiwa itu, tenggelam lagi KM Sumber Awal  di perairan yang sama pada 16 Agustus 2007.
Lalu dua tahun kemudiann pada tahun 2009 dihari Minggu 11 Januari dini hari, ada juga musibah KM Teratai Prima yang tenggelam di perairan yang sama.

Kapal Roro (ferry) Senopati Nusantara yang juga tenggelam di perairan Masalembo pada tanggal 29 Desember 2006

Semuanya diduga terjadi pada lokasi yang sama berdekatan juga di Laut Jawa bagian timur dan di seputar perairan kepulauan Masalembo.
Bahkan pada awalnya KM Tampomas II juga terbakar dilaut dan karam di daerah yang sama pada tanggal 27 Januari 1981. (lihat lokasi peta satelit)
Kenapa pada bulan-bulan yang sama ya? Mungkin karena memang bulan-bulan tersebut merupakan bulan-bulan puncak peralihan atau perubahan musim seantero Indonesia yang kepulauannya berada di sekitar katulistiwa.

Masalembo Triangle

Tetapi kenapa kejadian kecelakaan ini di lokasi yang kira-kira sama ? Mungkin hanya kebetulan saja, atau…?
Pulau Masalembo sebenarnya sebuah pulau kecil yang berada di ujung Paparan Sunda. Pulau-pulau kecil ini berada di daerah “pertigaan” laut yaitu Laut Jawa yang horisontal dari barat ke timur dan Selat Makassar yang memotong secara vertikal utara ke selatan.
Pola kedalaman laut di Segitiga Masalembo ini sangat jelas menunjukkan bentuk segitiga yang nyaris sempurna berupa segitiga sama sisi.

KM Teratai Prima tenggelam di perairan Masalembo, Majene 11 Januari 2009

Pada peta kedalaman laut atau peta bathymetri dapat dilihat adanya bentuk kepulauan yang berbentuk segitiga.
Setelah peristiwa-peristiwa kecelakaan transportasi laut dan udara, wilayah yang terdiri beberapa pulau-pulau ini kadang sebut sebagai “Segitiga Masalembo” atau “The Masalembo Triangle“. (lihat lokasi peta satelit)
Ada apa saja di daerah seputaran Segitiga Masalembo ini? Coba kita buka-buka dikit-dikit ya. Tapi jangan mengharap banyak dari sisi mistisnya, akan lebih banyak diurai sisi kebumian dan kelautannya saja.

Dasar laut Indonesia di Masalembo Triangle

Pertemuan ARLINDO (Arus Laut Indonesia)
Indonesian Throughflow (ARLINDO), indicate the relationship between the relationship between ARLINDO and El-Nino Southern Oscillation (ENSO) (Source, Gordon, A., 1998)
Dibawah ini digambarkan arus laut di Indonesia, terutama Indonesia Timur. Coba perhatikan arus yang melewati Segitiga Masalembo ini.


Pertemuan ARLINDO (Arus Laut Indonesia) termasuk "Masalembo Triangle"
Pada bagian atas (garis hijau) menunjukkan air laut mengalir dari barat memanjang di Laut Jawa, berupa monsoonal stream atau arus musiman.
Arus ini sangat dipengaruhi oleh cuaca dan musim. Sedangkan dari Selat Makassar ada arus lain dari utara yang merupakan thermoklin , atau aliran air laut akibat perbedaan suhu lautan. Kedua arus ini bertemu di sekitar Segitiga Masalembo.

KM Mutiara Indah tenggelam di perairan Masalembo 19 Juli 2007

Walau gerakannya tak kencang, namun tentu saja arus ini akan sangat mempengaruhi pelayaran laut diwilayah ini. Tentunya arus musiman ini sangat dipengaruhi juga oleh suhu air laut akibat pemanasan matahari.
Perlu diingat bahwa lintasan matahari bergerak bergeser ke-utara-selatan-utara dengan siklus tahunan. Itulah sebabnya pada sekitar bulan Januari merupakan saat perubahan arus musiman (monsoon).
Apa menariknya dari ARLINDO ini ? Arus ini membawa air laut dingin dari Samudra Pasifik ke Samudera Indonesia dengan debit kira-kira hingga 15 juta meterkubik per detik! Dan hampir keseluruhannya melalui Selat Makassar.

Pencarian KM Fajar Mas yang tenggelam di perairan Masalembo 27 Juli 2007 lalu disusul tenggelamnya KM Sumber Awal yang tenggelam di perairan yang sama pada 16 Agustus 2007

Tentunya aliran air sebesar ini bukan sekedar aliran air saja. Banyak aspek lain yang ikut mengalir dengan aliran air sebanyak itu, misalnya akan terdapat pula aliran ikan-ikan laut, aliran sedimen laut dan juga aliran temperatur air.
Apa saja hubungan efek aliran ini dengan proses kelautannya sendiri? Tentunya banyak sekali.
Jika digambarkan secara mudah, barangkali profil Selat Makassar dapat dilihat seperti dibawah ini.
Pada profil dasar selat Makassar diatas terlihat batuan Kalimantan dan batuan Sulawesi berbeda, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan mencolok antara Indonesia barat dengan Indonesia Timur.

Kalimantan merupakan bagian dari Paparan Sunda (Indonesia Barat) sedang Sulawesi merupakan bagian dari Indonesia Timur. Nah garis yang membaginya dulu diketemukan oleh Wallace disebut sebagai Garis Wallace (Wallace Line).

Garis Wallace ini sebenernya hasil penelitian satwa Indonesia Barat-Timur, namun sebenarnya ada juga implikasi atau manifestasi dari aspek geologis (batuan penyusunnya).
Dari batuannya kita tahu bahwa dibawah Selat Makasar ini terdapat tempat yang sangat kompleks geologinya. Dan diatas Selat Makassar juga memilki karakter khusus di dunia, dimana mengalirkan air yang sangat besar.

Evakuasi korban KM jenis Cargo yang juga tenggelam di perairan Masalembo pada 8 Juli 2008

Dan tentunya ada aspek meteorologis yang memisahkan antara daerah diatas air dengan daerah diatas daratan, yaitu awan. Awan merupakan fenomena khusus yang paling banyak dijumpai diatas daratan.
Angin juga akan berhembus karena perbedaan tekanan udara panas. Pada malam hari bertiup angin darat, sebaliknya pada siang hari saat bertiupnya angin laut.
Perubahan angin darat laut karena suhu ini berubah dalam siklus harian, namun tentunya ada juga siklus tahunannya atau disebut siklus monsoon.
Lalu akhirnya keduanya bertemu menjadi satu, ini mirip dengan perubahan tekanan udara dan bertemu lalu membentuk layaknya tornado, badai, hurricane ataupun typhoon.
Seringkali daerah Segitiga Bermuda dihubungkan dengan kondisi magnetisme. Adakah peta magnetik daerah Segitiga Masalembo ini ?


Tiga peta diatas menunjukkan intesitas magnetik total, peta deklinasi, dan perubahan deklinasi tahunan (sumber NOAA).

Kalau tertarik detilnya tinggal di klik saja. Yang dapat dilihat dalam ketiga peta itu adalah, tidak adanya sesuatu yang mencolok baik di Segitiga Bermuda maupun di Segitiga Masalembo.
Memang sejak dulu seringkali yang menyatakan adanya keanehan kompas magnetik apabila melalui daerah angker ini. Secara fisik (pengukuran magnetik) tidak terlihat anomali itu.
Hanya terlihat bahwa Indonesia secara umum merupakan daerah yang memiliki deklinasi dan iklinasi sangat kecil. Dan merupakan daerah yang memiliki total intensitas magnetik rendah, barangkali karena Indonesia merupakan daerah yang relatif “muda” dibandingkan daerah2 lain.

Kalau dibandingkan dengan Segitiga Bermuda, lokasi Segitiga Masalembo juga tidak menunjukkan keanehannya. Sepertinya keangkeran segitiga Masalembo ini lebih ditentukan oleh faktor gangguan alamiah yang bukan mistis.

Yang mungkin paling dominan adalah faktor meteorologis termasuk didalamnya faktor cuaca, termasuk didalamnya angin, hujan, awan, kelembaban air dan suhu udara yang mungkin memang merupakan manifestasi dari konfigurasi batuan serta kondisi geologi, oceaografi serta geografi yang sangat unik.
Kalau memang Masalembo Triangle ini banyak menimbulkan masalah transportasi laut dan udara, tentunya perlu rambu-rambu lalulintas laut dan udara yang lebih canggih ditempatkan pada lokasi ini. (ICC.WP.COM)

Picture Gallery of Tampomas II
KM Tampomas II sedang berlabuh (IndoCropCircles.wordpress.com)


KM Tampomas saat mulai terbakar (IndoCropCircles.wordpress.com)


KM Tampomas II terbakar dan mulai menurunkan sekoci (IndoCropCircles.wordpress.com)


KM Tampomas II saat evakuasi para penumpang (IndoCropCircles.wordpress.com)


KM Tampomas II detik-detik saat tenggelam (IndoCropCircles.wordpress.com)


KM Tampomas II saat oleng akan tenggelam di perairan Masalembo (IndoCropCircles.wordpress.com)

Sumber: http://indocropcircles.wordpress.com/2011/12/01/misteri-segitiga-masalembo-segitiga-bermuda-versi-indonesia/

Minggu, 27 Mei 2012

10 Perbedaan Kutub Utara dan Kutub Selatan

10 Perbedaan Kutub Utara dan Kutub Selatan


Kutub Utara adalah titik paling utara dari bola bumi, merupakan satu-satunya titik yang dilalui oleh garis khayal 90 derajat Lintang Utara sedangkan Kutub Selatan (geografis) ialah ujung selatan bumi (90° S), merupakan sumbu bumi. Berikut Ini 10 Perbedaan Kutub Utara dan Kutub Selatan.


1. Kutub Yang Berlawanan


10


Pada dasarnya daerah Kutub Utara (Artik) adalah laut beku yang dikelilingi oleh tanah. Sebaliknya, Antartika adalah benua-dengan pegunungan dan danau yang dikelilingi oleh lautan. Secara sosial dan politik, wilayah Artik meliputii wilayah utara Kanada, Greenland (sebuah wilayah Denmark), Rusia, Islandia, Norwegia, Swedia, Finlandia dan Amerika Serikat.


2. Kebanyakan Es 
 

91


Benua paling selatan memiliki sekitar 90 persen es di dunia, yang berarti hampir tiga perempat dari air tawar bumi terhimpun di sana. Hal ini mengakibatkan beberapa puncak gunung es terapung sering dilanda kekeringan. Bahkan, Pangeran Mohammed Al Faisal dari Arab Saudi pernah berencana untuk menemukan 100 juta ton gunung es dari Antartika dan memindahkannya ke Semenanjung Arab. 
 

2. Daerah Tidak Bertuan 
 

8


Meskipun kita sering menyaksikan penancapan bendera kemenangan yang menjadi simbol penjelajah masa lalu di Kutub Selatan, tetap saja Kutub Selatan merupakan satu-satunya tempat di Bumi yang tidak dimiliki oleh siapa pun. Tidak memiliki sejarah penduduk asli.Berdasarkan Perjanjian Antartika, dinyatakan bahwa tanah dan sumber daya yang ada t digunakan untuk tujuan damai dan ilmiah. Hal ini sangat kontras dengan lebih dari 4 juta orang yang hidup dalam lingkaran Arktik di beberapa kota-kota kecil maupun kota-kota besar seperti Barrow, Alaska, Tromso, Norwegia, Muramansk dan Salekhaard di Rusia.


3. Emas Hitam 
 

7


Menurut US Geological Survey, sebelah utara lingkaran Artik diperkirakan terdapat 1/4 cadangan minyak dari total cadangan minyak yang belum digali. Rusia telah mengambil langkah berani dengan mengklaim dan meletakkan petak besar wilayah Kutub Utara dengan harapan akan mengeksplorasi cadangan gas di Lomonosov Ridge. 1.200 mil di bawah air pegunungan tersebut diakui menyimpan sekitar 10 miliar ton sumber daya yang diinginkan.

Bahkan AS juga turut terlibat dengan mengirimkan kapal pemecah es untuk memetakan wilayah Artik mereka yang masuk dalam wilayah Negara Bagian Alaska. Sementara itu diyakini bahwa beberapa endapan minyak bumi terdapat di Kutub Selatan (Antartika) seperti di bawah Laut Ross. Namun Perjanjian Antartika dapat menghentikan pengeboran minyak secara berlebihan.


4. Penguin dan Beruang Kutub 
 

6


Beberapa kartu natal dan iklan coke dapat disalahkan atas salah persepsi tentang beruang kutub dan penguin tinggal di lingkungan yang sama dan dingin. Jika penguin tinggal di Antartika maka beruang kutub tinggal di Artik. Beruang kutub pernah melakukan perlintasan jalan beku yang sama dimana burung yang melenggang di lintasan tersebut menjadi mangsa yang mudah ditangkap bagi beruang raksasa. Tapi penguin tidak perlu khawatir mengenai daerah pemangsa. Mereka telah beradaptasi dengan menggunakan sayap mereka yang berfungsi sebagai pengayuh layaknya sirip untuk bergerak di laut


5. Alamat Santa Klaus


51


Setiap Natal, ribuan surat dikirimkan ke Santa Claus dan berhasil sampai di Kutub Utara (Alaska). Kota kecil dengan penduduk sekitar 1.778 orang tersebut mengiklankan kode pos mereka sebagai kode pos Santa Klaus. Semangat liburan dirasakan sepanjang tahun ditandai dengan permen berupa tongkat bergaris mengiringi lampu yang bergerak di sepanjang tempat-tempat pesta seperti St Nicholas Drive, Snowman Lane dan Kris kringle Drive.


6. Melawan Dingin


41

Antartika begitu dingin sehingga salju tidak pernah mencair di banyak wilayah Antartika. Suhu rata-rata Antartika sekitar -56 derajat Fahrenheit (-49 derajat Celcius), merupakan iklim yang paling dingin di bumi. Sebaliknya Kutub Utara (Artik) pada musim dingin rata-rata suhunya mencapai -29 derajat Fahrenheit (-34 derajat Celcius), tapi akan lebih hangat di musim panas. Suhu terendah yang pernah tercatat di bumi adalah -128 derajat Fahrenheit (-89,6 derajat Celcius), tercatat pada tanggal 21 Juli 1983 di Stasiun Vostok yang terletak di dekat Geomagnetic Kutub Selatan.


7. Lubang Ozon


31



Sementara Antartika memiliki lubang ozon yang telah berkembang menjadi sekitar tiga kali ukuran daratan Amerika Serikat. Di Kutub Utara juga terlihat kehilangan ozon. Sebenarnya, lubang disini bukanlah lubang yang diartikan secara harfiah. Yang dimaksud “lubang” adalah sebuah wilayah yang kehilangan banyak ozon, sebuah bahan kimia yang membantu melindungi planet bumi dari radiasi matahari yang berbahaya.

Kerugian ozon di belahan bumi Utara lebih rendah daripada di Selatan karena temperatur Kutub Utara lebih hangat sehingga membatasi pembentukan awan stratosfer yang dapat merusak ozon. Tapi suhu di stratosfer yang tinggi di atas Kutub Utara, telah berangsur-angsur mendingin selama dekade terakhir yang mengakibatkan meningkatnya kehilangan ozon.


8. Retakan di Es


23


Artik sangat sensitif terhadap perubahan iklim. Suhu hangat selama musim panas menyebabkan 12-15 kaki tebal lapisan es mencair dan hancur berantakan. Tahun lalu, para peneliti melaporkan untuk pertama kalinya bahwa retakan di es telah mencapai semua jalan ke Kutub Utara.


10. Meleleh


15

Kutub Utara memiliki siklus mencair yang normal di mana sekitar setengah dari kantong es menghilang di musim panas dan membeku kembali seluas Amerika Serikat selama musim dingin. Namun sebuah studi menemukan fakta yang mengkhawatirkan bahwa 2 mil tebal lapisan es di Greenland mencair begitu cepat sehingga setengah dari itu bisa hilang pada akhir abad ini.

Studi-studi lain telah menemukan bahwa seluruh Artik bisa bebas es selama musim panas dalam beberapa dekade. Akhir-akhir ini, sebuah penelitian menemukan bahwa Antartika juga kehilangan es maka jika semua es meleleh (tidak ada seorang pun mengharapkan hal ini terjadi dalam waktu dekat) akan menyebabkan permukaan air laut akan meningkat sekitar 200 kaki.

Sumber: http://jurukunci4.blogspot.com/2012/05/10-perbedaan-kutub-utara-dan-kutub.html#ixzz1w5496cuH

Kamis, 24 Mei 2012

The Rift Valley at Afar, Ethiopia Will Become an Ocean


The Rift Valley at Afar, Ethiopia Will Become an Ocean
 Republished from a November, 2009 press release by University of Rochester.

Confirming a Suspected Rift Valley
Geologists Show that Seafloor Dynamics Are at Work in Splitting African Continent.

In 2005, a gigantic, 35-mile-long rift broke open the desert ground in Ethiopia. At the time, some geologists believed the rift was the beginning of a new ocean as two parts of the African continent pulled apart, but the claim was controversial.
Now, scientists from several countries have confirmed that the volcanic processes at work beneath the Ethiopian rift are nearly identical to those at the bottom of the world's oceans, and the rift is indeed likely the beginning of a new sea.
                                 Aerial view of the rift near Afar, Ethiopia. Image by University of Rochester. Enlarge image.

Potential Hazards of Large-Scale Rifting
The new study, published in Geophysical Research Letters, suggests that the highly active volcanic boundaries along the edges of tectonic ocean plates may suddenly break apart in large sections, instead of little by little as has been predominantly believed. In addition, such sudden large-scale events on land pose a much more serious hazard to populations living near the rift than would several smaller events, says Cindy Ebinger, professor of earth and environmental sciences at the University of Rochester and co-author of the study.

"This work is a breakthrough in our understanding of continental rifting leading to the creation of new ocean basins," says Ken Macdonald, professor emeritus in the Department of Earth Science at the University of California, Santa Barbara, and who is not affiliated with the research.

"Rifting In Concert"
"For the first time they demonstrate that activity on one rift segment can trigger a major episode of magma injection and associated deformation on a neighboring segment. Careful study of the 2005 mega-dike intrusion and its aftermath will continue to provide extraordinary opportunities for learning about continental rifts and mid-ocean ridges."


Is Ethiopia Analogous to Ocean-Ridge Rifting?

 
Aerial view looking down the rift valley bounded by tall, near-vertical fault scarps. Image by University of  Rochester. Enlarge image.
"The whole point of this study is to learn whether what is happening in Ethiopia is like what is happening at the bottom of the ocean where it's almost impossible for us to go," says Ebinger. "We knew that if we could establish that, then Ethiopia would essentially be a unique and superb ocean-ridge laboratory for us. Because of the unprecedented cross-border collaboration behind this research, we now know that the answer is yes, it is analogous."

Twenty Feet of Rifting in a Few Days
Atalay Ayele, professor at the Addis Ababa University in Ethiopia, led the investigation, painstakingly gathering seismic data surrounding the 2005 event that led to the giant rift opening more than 20 feet in width in just days. Along with the seismic information from Ethiopia, Ayele combined data from neighboring Eritrea with the help of Ghebrebrhan Ogubazghi, professor at the Eritrea Institute of Technology, and from Yemen with the help of Jamal Sholan of the National Yemen Seismological Observatory Center. The map he drew of when and where earthquakes happened in the region fit tremendously well with the more detailed analyses Ebinger has conducted in more recent years.
Ayele's reconstruction of events showed that the rift did not open in a series of small earthquakes over an extended period of time, but tore open along its entire 35-mile length in just days. A volcano called Dabbahu at the northern end of the rift erupted first, then magma pushed up through the middle of the rift area and began "unzipping" the rift in both directions, says Ebinger.
Since the 2005 event, Ebinger and her colleagues have installed seismometers and measured 12 similar-though dramatically less intense-events.
"We know that seafloor ridges are created by a similar intrusion of magma into a rift, but we never knew that a huge length of the ridge could break open at once like this," says Ebinger. She explains that since the areas where the seafloor is spreading are almost always situated under miles of ocean, it's nearly impossible to monitor more than a small section of the ridge at once so there's no way for geologists to know how much of the ridge may break open and spread at any one time. "Seafloor ridges are made up of sections, each of which can be hundreds of miles long. Because of this study, we now know that each one of those segments can tear open in a just a few days."
Ebinger and her colleagues are continuing to monitor the area in Ethiopia to learn more about how the magma system beneath the rift evolves as the rift continues to grow.

Contributing Researchers
Additional authors of the study include Derek Keir, Tim Wright, and Graham Stuart, professors of earth and environment at the University of Leeds, U.K.; Roger Buck, professor at the Earth Institute at Columbia University, N.Y.; and Eric Jacques, professor at the Institute de Physique du Globe de Paris, France.

About the University of Rochester
The University of Rochester (www.rochester.edu) is one of the nation's leading private universities. Located in Rochester, N.Y., the University gives students exceptional opportunities for interdisciplinary study and close collaboration with faculty through its unique cluster-based curriculum. Its College, School of Arts and Sciences, and Hajim School of Engineering and Applied Sciences are complemented by the Eastman School of Music, Simon School of Business, Warner School of Education, Laboratory for Laser Energetics, Schools of Medicine and Nursing, and the Memorial Art Gallery.

Source: http://geology.com/press-release/ethiopia-rift/

Minggu, 20 Mei 2012

Hurricane Names - How Are Hurricanes Named?


Hurricane Names - 
How Are Hurricanes Named?

Recent and Future Hurricane Names:
In the Atlantic Ocean, tropical storms that reach a sustained wind speed of 39 miles per hour are given a name, such as "Tropical Storm Fran". If the storm reaches a sustained wind speed of 74 miles per hour it is called a hurricane - such as "Hurricane Fran". So, hurricanes are not given names, tropical storms are given names, and they retain their name if they develop into a hurricane. The names that will be used for recent and future Atlantic storms are listed in the table below.
Names used for Atlantic Tropical Storms
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Alberto
Andrea
Arthur
Ana
Alex
Arlene
Beryl
Barry
Bertha
Bill
Bonnie
Bret
Chris
Chantal
Cristobal
Claudette
Colin
Cindy
Debby
Dorian
Dolly
Danny
Danielle
Don
Ernesto
Erin
Edouard
Erika
Earl
Emily
Florence
Fernand
Fay
Fred
Fiona
Franklin
Gordon
Gabrielle
Gonzalo
Grace
Gaston
Gert
Helene
Humberto
Hanna
Henri
Hermine
Harvey
Isaac
Ingrid
Isaias
Ida
Ian
Irma
Joyce
Jerry
Josephine
Joaquin
Julia
Jose
Kirk
Karen
Kyle
Kate
Karl
Katia
Leslie
Lorenzo
Laura
Larry
Lisa
Lee
Michael
Melissa
Marco
Mindy
Matthew
Maria
Nadine
Nestor
Nana
Nicholas
Nicole
Nate
Oscar
Olga
Omar
Odette
Otto
Ophelia
Patty
Pablo
Paulette
Peter
Paula
Philippe
Rafael
Rebekah
Rene
Rose
Richard
Rina
Sandy
Sebastien
Sally
Sam
Shary
Sean
Tony
Tanya
Teddy
Teresa
Tobias
Tammy
Valerie
Van
Vicky
Victor
Virginie
Vince
William
Wendy
Wilfred
Wanda
Walter
Whitney

 Satellite image of a hurricane named "Fran." Hurricane Fran was a large, powerful, destructive hurricane that made landfall near Cape Fear, North Carolina on September 5, 1996. Fran was the sixth named storm the 1996 hurricane season. It was so destructive that the name "Fran" was retired from use. Satellite image by NASA.


History of Atlantic Hurricane Names
Names have been given to Atlantic hurricanes for a few hundred years. People living in the Caribbean Islands named storms after the saint of the day from the Roman Catholic liturgical calendar for the day on which the hurricane occurred such as "Hurricane San Felipe". When two hurricanes struck on the same date in different years the hurricanes would be referred to by names such as "Hurricane San Felipe the first" and "Hurricane San Felipe the second".
In the early days of meteorology in the United States storms were named with a latitude / longitude designation representing the location where the storm originated. These names were difficult to remember, difficult to communicate and subject to errors. During the Second World War military meteorologists working in the Pacific began to use women's names for storms. That naming method made communication so easy that in 1953 it was adopted by the National Hurricane Center for use on storms originating in the Atlantic Ocean. Once this practice started, hurricane names quickly became part of common language and public awareness of hurricanes increased dramatically.
In 1978, meteorologists watching storms in the Eastern North Pacific began using men's names for half of the storms. Meteorologists for the Atlantic ocean began using men's names in 1979. For each year, a list of 21 names, each starting with a different letter of the alphabet was developed and arranged in alphabetical order (names beginning with the letters Q, U, X, Y and Z were not used). The first tropical storm of the year was given the name beginning with the letter "A", the second with the letter "B" and so on through the alphabet. During even-numbered years, men's names were given to the odd-numbered storms and during odd-numbered years, women's names were given to odd-numbered storms (see the table above for recent name lists).
Today, the World Meteorological Organization maintains the lists of Atlantic hurricane names. They have six lists which are reused every six years.
The only change that is made to the list of Atlantic hurricane names is the occasional retirement of a name. This is done when a hurricane cause so much death and destruction that reuse of the same name would be insensitive to the people who suffered losses. When that happens the World Meteorological Organization replaces the name. For example: " Katrina" has been retired from the name list and will not be used again.
A list of hurricane names that have been retired since the current name list system was established in 1979 is in the right column of this webpage. In addition to retirements there are a few names that were simply changed. On the 2007 list the names Dean, Felix and Noel will be replaced with Dorian, Femand and Nestor on the 2013 list.

Retired Hurricane Names by Year
1979
David
Frederic
1980
Allen
1981
1982
1983
Alicia
1984
1985
Elena
Gloria
1986
1987
1988
Gilbert
Joan
1989
Hugo
1990
Diana
Klaus
1991
Bob
1992
Andrew
1993
1994
1995
Luis
Marilyn
Opal
Roxanne
1996
Cesar
Fran
Hortense
1997
1998
Georges
Mitch
1999
Floyd
Lenny
2000
Keith
2001
Allison
Iris
Michelle
2002
Isidore
Lili
2003
Fabian
Isabel
Juan
2004
Charley
Frances
Ivan
Jeanne
2005
Dennis
Katrina
Rita
Stan
Wilma
2006
2007
Dean
Felix
Noel
2008
Gustav
Ike
Paloma
2009
2010
Igor
Tomas
2011
Irene
2012
2013

 When There Are More Than 21 Named Storms
There are normally less than 21 named tropical storms in any calendar year. In the rare years when more than 21 storms are named the additional storms are given names from the Greek alphabet: Alpha, Beta, Gamma, Delta are used for their names.

Naming Tropical Storms Outside of the Atlantic
Tropical storms occur in the Pacific Ocean and meteorologists working there have developed naming systems for them. Separate naming systems are maintained for Eastern North Pacific storms, Central North Pacific Storms, Western North Pacific Storms, the Australian Region, Fiji Region, Papua New Guinea Region, Philippine Region, Northern Indian Ocean, and Southwest Indian Ocean. The National Hurricane Center maintains lists of the names used in these areas.

Source: http://geology.com/hurricanes/hurricane-names.shtml